Dalam temaram lampu, Minke berdiri dekat Nyai Ontosoroh. Lelaki pribumi itu membacakan surat yang tergenggam di tangannya untuk sang Nyai. Surat itu menjadi satu dari sekian banyak surat yang dikirimkan gadis sang Nyai, Annelies yang terpaksa harus meninggalkan ibunya menuju Belanda akibat keputusann pengadilan putih Hindia-Belanda.
Surat-surat untuk Minke dan Nyai Ontosoroh dari Annelies membuka potongan-potongan nostalgia awal perkenalan ketiganya yang dihadirkan lewat Bunga Penutup Abad karya sutradara Wawan Sofyan pada tanggal 25, 26, dan 27 Agustus 2016 di Gedung Kesenian Jakarta.
Teater Bunga Penutup Abad merupakan sebuah karya adaptasi novel sastrawan ternama Indonesia, Pramoedya Ananta Toer, yaitu Bumi Manusia dan Anak Semua Bangsa. Kedua novel tersebut merupakan bagian dari Tetralogi Pulau Buru yang mengisahkan pergolakan hidup pemuda pribumi bernama Minke, Nyai Ontosoroh, Annelies, dan pelukis Jean Marais selama masa kolonial Belanda.
Istilah Bunga Penutup Abad yang menjadi judul dari teater tersebut diambil dari judul lukisan Annelies karya Jean Marais yang dinamai Bunga Penutup Abad oleh Minke. Lukisan tersebut dibawa bersama kesedihan Minke atas kematian Annelies di Belanda, ke Batavia tatkala melanjutkan pendidikan dokter di sana.
Sederet bintang ternama dipercayai untuk membawakan peran para tokoh-tokoh novel tersebut. Sebut saja Reza Rahadian yang memerankan tokoh pemuda pribumi cerdas bernama Minke, Annelies yang diperankan oleh aktris muda Chelsea Islan, serta tokoh Jean Marais yang diperankan oleh aktor ternama Lukman Sardi.
Happy Salma yang telah malang melintang lama di dunia seni teater dipercayai untuk memerankan sosok kharismatik Nyai Ontosoroh. Aktris tersebut juga turut menjadi produser dalam proses produksi teater ini bersama Titimangsa Foundation yang bekerja ama dengan Yayasan Titian Penerus Bangsa dan Bakti Budaya Djarum Foundation.
“Ini merupakan suatu kebahagiaan bagi saya yang boleh mengapresiasi karya penulis besar Indonesia ke panggung teater,” ujar Happy Salma. Baginya, ini merupakan salah satu cara untuk mengenalkan karya sastra Indonesia pada generasi muda.
Renitasari Adrian selaku program director Bakti Budaya Djarum dari teater ini mengakui bahwa Teater Bunga Penutup Abad akan mampu menjadi sumber bagi masyarakat untuk mengenali identitas suatu bangsa.
“Karya sastra menggambarkan kehidupan serta mampu menjadi sumber untuk menggali identitas dan sejarah peradaban suatu bangsa,” katanya. Teater ini menjadi persembahan untuk mengenang 10 tahun meninggalnya Pramoedya Ananta Toer.