Kawasan di sekitar Laut Filipina selama ini lebih dikenal karena sengketa politik dibandingkan struktur geologinya. Tetapi baru-baru ini, peneliti berhasil menemukan sisa-sisa lempeng tektonik kuno yang ditelan oleh mantel Bumi jutaan tahun lalu di kawasan itu.
Sisa-sisa lempeng tersebut ternyata merupakan bagian dasar laut kuno yang ada sekitar 52 juta tahun lalu, dan dikenal sebagai Laut Asia Timur. Para peneliti kemudian menyebut lempeng tektonik ini sebagai Lempeng Laut Asia Timur.
Laut Filipina terletak di persimpangan beberapa lempeng tektonik besar. Lempeng Pasifik, Indo-Australia dan Eurasia membingkai beberapa lempeng yang lebih kecil, termasuk Lempeng Laut Filipina. Menurut peneliti, sejak terbentuk sekitar 55 juta tahun lalu, Lempeng Laut Filipina terus bergerak ke arah barat laut.
Para peneliti kemudian menduga bahwa Laut Asia Timur yang membentang seluas lebih dari 15 juta kilometer persegi itu menyusut secara bertahap ketika Lempeng Laut Filipina mulai tumbuh, bergerak ke arah barat laut dan bertabrakan dengan Lempeng Laut Asia Timur. Tabrakan tersebut menyebabkan Lempeng Laut Asia Timur perlahan runtuh ke dalam mantel Bumi.
“Asia Timur merupakan tempat bertemunya lempeng-lempeng, bersinggungan dan menghilang dari permukaan Bumi. Proses ini disebut subduksi,” kata penulis utama studi, Jonny Wu, ahli geologi National Taiwan University.
Pada waktu yang bersamaan, Lempeng Pasifik, Indo Australia, Eurasia, mendesak bagian selatan Lempeng Laut Asia Timur.
Dengan kata lain, Lempeng Laut Asia Timur mengalami subduksi atau dipaksa tenggelam oleh lempeng-lempeng tetangganya, hingga menyebabkan seluruh laut di atasnya akhirnya lenyap 10 juta tahun silam.
Dalam penelitian ini, para ilmuwan menggunakan teknik pencitraan yang disebut tomografi seismik untuk mengidentifikasi sisa-sisa lempengan. Dari data-data tersebut, ilmuwan kemudian membangun gambar rekonstruksi yang menunjukkan bagaimana rupa lempeng itu 52 juta tahun silam.
“Penemuan ini merupakan terobosan dalam pemahaman kita tentang struktur dalam Bumi di bagian paling kompleks di belahan Timur,” ujar Sabin Zahirovic, ahli geologi University of Sidney, yang tak terlibat dalam penelitian, seperti dikutip dari Live Science, Kamis (25/8).
Penemuan ini juga dapat memberikan lebih banyak informasi kepada para peneliti tentang sejarah Laut Filipina dan wilayah di sekelilingnya.