Nusantara telah menjadi salah satu kawasan dalam jalur perniagaan yang dilalui oleh Cina. Kawasan yang mendapat julukan ‘Tanah di Bawah Angin’ itu telah terlibat dalam perdagangan global awal abad 9 yang berkembang hingga abad ke-15-17.
Dengan mempelajari jaringan perdagangan, maka akan ditemukan sebuah pola hubungan dagang dari berbagai skala, baik skala local, regional, hingga interregional.
Jika direkonstruksi ulang bagaimana kawasan dan jaringan perniagaan, Cina mengenal dan mulai membuka hubungan dengan negeri-negeri di selatan ketika Nusantara dalam fase terlibat dalam perdagangan global. Nusantara menjadi salah satu negeri-negeri di selatan itu.
Negeri-negeri di selatan, oleh Cina disebut dengan Nanhai. Kawasan tersebut menjadi jalur sutera kedua dalam jaringan perdagangan Cina. Jalur tersebut yang lantas menghubungkan Cina dengan pelabuhan di India dan Timur Tengah.
Kala itu, tepatnya abad ke-8 hingga ke-9, Nusantara menjadi jalur lintasan kapal perdagangan antara Asia Timur atau Cina dengan Asia Barat dari India. Nusantara sendiri, terutama bagian timur, terkenal sebagai jalur perdagangan rempah-rempah.
Tak hanya Nusantara bagian timur, kapal dagang Cina, Belanda, Inggris, Portugis, dan Spanyol membawa berbagai barang dagangan untuk ditukarkan dengan rempah-rempah di Banten, Batavia, Cirebon, dan Bengkulu.
Peran penting Nusantara sebagai jalur perniagaan dibuktikan lewat penemuan kapal karam lengkap dengan muatannya di perairan Selat Malaka-Sumatera-Jawa.
Dalam tulisan ‘Berdagang di Negeri Bawah Angin: Cuplikan Bukti Arkeologi’, Naniek Harkatiningsih dari Pusat Arkeologi Nasional, mengungkapkan bahwa jalur perdagangan yang ada di nusantara mampu dibuktikan lewat keberadaan kapal-kapal yang karam berserta muatannya.
Menurutnya, dalam dua dekade, banyak penemuan kapal karam beserta muatannya yang mampu menjelaskan bahwa jalur tersebut terhubung dengan jaringan perniagaan jarak jauh. Dari sana, dapat dipastikan bahwa Nusantara memiliki peran penting dalam jaringan pelayaran.
Peran penting Nusantara sebagai jalur perniagaan dibuktikan lewat penemuan kapal karam lengkap dengan muatannya di perairan Selat Malaka-Sumatera-Jawa.
Beberapa contoh kapal karam dan muatannya yaitu Belitung dengan muatan berbagai jenis mangkuk dan cawan Changsa abad ke-9, Intan Wreck yang bermuatan kurang lebih 7,300 keramik dan lebih dari 6,000 barang dagang lainnya, hingga Java Wreck yang memuat benda-benda dari abad ke-10 dan ke-11.
Eksplorasi kapal karam tersebut pun setidaknya mengumpulkan berbagai bahan dan jenis barang-barang seperti keramik, tembikar, logam, batu, kaca, dan sisa-sisa organik. Sedangkan bukti-bukti muatan kapal asal Nusantara seperti cula, cendana, tanduk menjangan, dan kemiri.
Dengan ditemukannya keberadaan kapal karam beserta berbagai jenis muatannya, akan didapatkan gambaran bagaimana barang-barang komoditi itu diangkut dari pusat produksinya, lalu diangkut ke pelabuhan sebelum akhirnya masuk ke kapal. Hingga benda-benda tersebut berlayar antar negara, salah satunya Nusantara.