Pesawat ruang angkasa Eropa, Rosetta mendapatkan sebuah gambar dramatis dari komet yang meledak. Kemungkinan besar ledakan tersebut disebabkan adanya longsor yang terjadi pada tubuh es komet tersebut.
Komet bernama 67P/Churyumov-Gerasimenko itu meledak pada tanggal 19 Februari silam, dimana pesawat Rosetta telah mengorbit di sekitar komet itu sejak Agustus 2014. Pesawat terebut mengobservasi adanya erupsi gas dan debu dengan sembilan dari 11 instrumen ilmu pengetahuan, dari jarak 21,7 mil (35 km), ujar European Space Angency (ESA).
“Sejak tahun lalu, Rosetta menunjukkan bahwa, meskipun aktivitas tersebut dapat diperpanjang, namun ketika ledakan itu terjadi, waktunya sama sekali tak terprediksi, sehingga untuk mendapatkan momen ini adalah suatu hal yang sungguh beruntung,” ujar Matt Taylor, ilmuwan proyek ESA’s Rosetta.
“Dengan kebetulan yang menyenangkan ini, kamu menunjuk adanya instrumen terbesar dari komet tersebut, dan perhitungan simultan yang kita miliki menyediakan data lengkap dari ledakan yang pernah terjadi,” tambah Taylor.
Ledakan tersebut terjadi sekitar pukul 4:40 pagi pada 19 Februari 2016 silam, ketika kamera Rosetta mengambil gambar secara signifikan dari awan yang ada di sekitar nucleus komet tersebut.
Peningkatan aktivitas tersebut berlanjut hingga setidaknya dua jam selanjutnya. Rosetta mendeteksi setidaknya sekitar 200 partikel selama beberapa jam pada 19 Februari tersebut.
Suhu gas yang ada di sekitar Rosetta sekita 54 derajat Fahrenheit (30 derajat Celsius) selama ledakan tersebut terjadi.
Observasi Rosetta mengindikasikan adanya erupsi yang terjadi di wilayah lereng curam seluas 2,5 mil komet, yang diketahui bernama Atum.
Aktivitas ini bermula ketika kemiringan itu muncul dari bayangan yang ada karena efek sinar matahari, dan itu menunjukkan tekanan panas yang menyebabkan adanya longsor yang terlihatnya air es yang terkubur ke ruang angkasa. Es tersebut tersublim (berubah menjadi gas), dan menghasilkan banyak debu.
“Kami akan melanjutkan analisis data, tidak hanya untuk menggali detail dari momen tersebut, namun juga untuk melihat apakah ini akan membantu kita untuk memahami lebih baik ledakan-ledakan yang muncul dalam misi ini,” ujar Taylor. “Hebat untuk melihat kelompok instrumen bekerja sama dalam sebuah pertanyaan penting bagaimana ledakan komet tersebut terjadi.”
Namun kerja Rosetta di Comet 67P itu akan segera selesai. Pesawat terebut akan mengakhiri misinya dengan kontrol, tabrakan perlahan ke lapisan komet tersebut pada tanggal 30 September mendatang.