Kapankah terakhir Anda menyaksikan kupu-kupu dengan jumlah melimpah?
Jika ketika Anda menjawab pertanyaan saya dengan jidat berkerut—yang bisa diartikan “Wah, kapan ya.. Sepertinya sudah lama sekali..“—berarti Anda harus mengunjungi Taman Nasional Bantimurung!
Sudah lama Bantimurung Bulusaraung sohor bak kerajaan kupu-kupu yang menghiasi tempat wisata alam di Maros, Pangkep, Sulawesi Selatan. Sebuah patung kupu-kupu besar seakan menyambut tamu-tamu yang berkunjung. Sambutan lain adalah para pedagang berbagai suvenir seperti anting, bros, liontin, gantungan kunci, pigura yang bertema ataupun berbentuk kupu-kupu.
Tempat pertama yang menjadi tujuan kami sesampainya di Bantimurung adalah Museum Kupu-kupu. Museum itu mungil, namun dapat mendokumentasikan banyak sekali jenis dan ragam kupu-kupu. Tidak hanya dari yang berasal dari Bantimurung, tetapi juga dari Timor, Pulau Seram, dan berbagai tempat yang menjadi habitat kupu-kupu.
Setelah dari museum, saya beranjak menuju ke penangkaran kupu-kupu. Menurut pemaparan Rusman, penjaga museum yang juga penangkar kupu-kupu, ada dua cara mengawetkan kupu-kupu. Dengan formalin (namun warna kupu-kupu jadi pudar), dan dengan memberikan alkohol dan dijemur 2-3 hari di bawah sinar matahari.
Saat saya di sana, sayangnya, tidak terlalu banyak kupu-kupu yang terbang menari. Menurut Rusman lagi, kupu-kupu Bantimurung tidak punah, melainkan sedang bertelur. Keberadaanya akan lebih sering terlihat pada Januari, Mei, maupun Agustus. Menurut saya, kupu-kupu memang tidak berkurang hanya karena faktor manusia (yang mematikan kupu-kupu semata-mata untuk keuntungan pribadi), tetapi juga faktor turunnya kualitas tempat kupu-kupu tinggal—mungkin karena ulah manusia juga.