Meretas Jalur Menuju Pucuk Beriun

By , Rabu, 31 Agustus 2016 | 17:00 WIB

Mengulang ekspedisi dengan tajuk yang sama pada tahun 2015 di Merabu, Kalimantan Timur, Eiger yang merupakan salah satu produsen perlengkapan papan atas untuk kegiatan luar ruang, akan kembali menjelajahi Pulau Kalimantan.

Kali ini Eiger Black Borneo Expedition 2016 akan membelah belantara hutan menuju puncak tertinggi Gunung Beriun, Kalimantan Timur. Ekspedisi kedua di kawasan hutan hujan tropis di Pulau Kalimantan ini akan berlangsung dari tanggal 1 hingga 20 September 2016.

"Ada tiga puncak yang akan kita jelajahi dalam ekspedisi kali ini. Dari ketiga puncak di Gunung Beriun, kita akan mencari titik tertinggi gunung ini," tutur Galih Donokara, salah seorang pegiat alam bebas dalam rapat terakhir sebelum pelepasan tim di Bandung, Senin (29/8/2016).

Menurut Galih, masih banyak hutan di Kalimantan yang jarang dieksplorasi, "Gunung Beriun ini bisa dikatakan belum tersentuh sama sekali oleh para penjelajah".

Upaya yang dilakukan oleh Eiger lewat Eiger Adventure Service Team (EAST) beserta tim yang terlibat dalam Black Borneo Expedition 2016 ini akan menjadi catatan positif bagi pengembangan dan pelestarian kawasan Gunung Beriun.

"Dengan terbukanya jalur menuju puncak Gunung Beriun, diharapkan membuka peluang dan mempermudah langkah untuk penelitian-penelitian lanjutan di kawasan ini," ungkap Djukardi Adriana, pendaki senior yang juga tergabung dalam tim ekspedisi kali ini.

Gunung Beriun sendiri terletak di wilayah administrasi Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur. Gunung ini masuk ke dalam kawasan karst Sangkulirang Mangkalihat. Kawasan karst seluas 1.867.676 hektare ini merupakan hulu dari lima sungai besar yang ada di Kabupaten Kutai Timur dan Berau.

Penelitian yang dilakukan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan The Nature Conservancy mencatat setidaknya ada 120 spesies burung, 200 spesies serangga dan antropoda, 400 spesies flora, dan sekitar 500 spesies ikan. Selain itu, kawasan ini terutama di Gunung Beriun merupakan salah satu habitat penting bagi kelestarian orangutan kalimantan.

Tim Black Borneo Expedition 2016. (Hendra Wiguna)

Dari tiga jalur yang direncanakan, Tim Black Borneo Expedition 2016 akan menempuh jalur timur. Penjelajahan menuju puncak Gunung Beriun ini dikomandoi oleh Mamay S. Salim. Sedangkan anggota inti ekspedisi adalah Djukardi Adriana, Iwan Irawan, Galih Donikara, Rudi FIrdaus, Oki Lutfi, Anthony P Putro, Heri Herdiana, Sony Takari, Pindy Setiawan, Yunaidi Joepoet, Teguh Andrianto, Arisona Sudiro, Didi Kaspi Kasim, Wildan Indrawan, Nuraini Anira R dan Briyandono Hendro K. Ekspedisi ini juga melibatkan pecinta karst di Kalimantan Timur, mahasiswa pecinta alam, serta para penduduk lokal. Tim dari National Geographic Indonesia juga mengambil bagian dalam Black Borneo Expedition 2016 di Gunung Beriun. Tentunya, ekspedisi ini sejalan dengan misi dari National Geographic Society yang menginspirasi lewat penjelajahan, mencerahkan lewat beragam kisah, dan mengedukasi, seperti yang dilakukan selama ini. "Selain membuka jalur, kami juga punya misi besar untuk kawasan karst Sangkulirang Mangkalihat ini," ujar Iwan Irawan, salah satu orang Indonesia yang sudah mendaki ke tujuh puncak tertinggi di Bumi yang menangani ekspedisi ini. "Bersama Dr. Pindi Setiawan dari Institut Teknologi Bandung, kita mendorong kawasan karst ini supaya bisa menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO," tambahnya. Tim akan mulai bergerak dari Jakarta menuju Balikpapan pada 1 September 2016. Perjalanan darat akan dilanjutkan ke Desa Karangan. Perintisan jalur pendakian akan mulai dilakukan pada 5 September 2016.