Alam menawarkan banyak hal yang menggelitik rasa ingin tahu, salah satunya tentang hermafrodit, kehadiran organ reproduksi jantan dan betina dalam satu tubuh.
Misalnya pada spesies Serranus tortugarum. Ikan karang kecil berukuran tak lebih dari 7,6 sentimeter ini, dapat berubah jenis kelamin hingga 20 kali dalam sehari ketika masa kawin tiba.
Ketika bertelur, ikan ini membagi telur mereka dalam “paket” dan berganti peran jantan dan betina dengan pasangan mereka selama masa-masa berkembang biak.
“Spesies ini menunjukkan komitmen yang luar biasa dengan mengubah jenis kelamin mereka,” ujar Mary Hart, ahli ekologi evolusioner di University of Florida sekaligus penulis utama penelitian.
Hart dan timnya menemukan bahwa individu S. tortugarum sangat jarang memproduksi lebih dari dua paket telur berturut-turut sebelum berganti kelamin, untuk memastikan timbal balik dari pasangan mereka. Timbal balik ini membantu mempertahankan kerja sama antar pasangan dan mengurangi kesempatan untuk mencurangi satu sama lain.
Hermafrodit simultan
Kebanyakan hermafrodit berganti dari satu jenis kelamin ke lainnya pada tahap tertentu dalam perkembangan mereka, strategi ini dikenal sebagai hermafrodit berurutan. Transformasi biasanya terjadi karena adanya pemicu sosial atau perilaku, seperti hilangnya pejantan dominan dari kelompok. Sementara, S. tortugarum mampu memproduksi gamet jantan dan betina (sperma dan telur) secara bersamaan (simultan).
Meski hermafrodit simultan bukan suatu hal yang unik di kalangan spesies tersebut, kondisi tersebut jarang ditemukan, terutama karena ikan tersebut tidak bisa melakukan pembuahan sendiri. Frekuensi pergantian jenis kelamin pada spesies itu juga sangat tidak umum. Hart mengatakan bahwa alasan mengapa mereka berganti kelamin sebanyak itu masih merupakan misteri.
Hipotesis sementara, bentuk timbal balik antar pasangan spesies ini memberikan lebih banyak keuntungan reproduksi. Pergantian kelamin menawarkan masing-masing ikan untuk ‘menanam investasi’ dengan membuahi telur-telur pasangan mereka. Berperan sebagai jantan dan betina, meningkatkan kesempatan untuk mewariskan gen mereka pada generasi selanjutnya.
“Diperkirakan sekitar dua persen spesies ikan merupakan hermafroditik, tetapi hermafrodit simultan sangat jarang dan terbatas pada beberapa subfamili, kata Eric Fischer, ahli ekologi evolusioner di Congressional Research Service. Ditambah lagi, banyak spesies hermafrodit simultan merupakan ikan laut dalam dan sulit diteliti.
Ini merupakan studi pertama yang meneliti tentang kebiasaan kawin ikan S. tortugarum dan spesies hermafrodit simultan. Penelitian ini memberikan bukti yang menguatkan teori lama tentang kerjasama seksual di antara ikan.
Hewan setia
Hart menghabiskan waktu sekitar enam bulan untuk meneliti spesies S. tortugarum di Smithsonian Tropical Research di Panama. Ia mengamati ikan dengan menyelam di antara terumbu karang setiap hari. Selama penelitian tersebut, ia terkejut ketika mengetahui bahwa ikan S. tortugarum menujukkan kesetiaan luar biasa terhadap pasangannya.
”Semua ikan yang saya tandai di awal bulan, masih bersama dengan pasangannya selama enam bulan penuh, sampai salah satu atau keduanya menghilang dari kelompok sosial,” kata Hart.
Spesies S. tortugarum tidak sepenuhnya monogami. Proses kawin seringkali terganggu oleh pejantan lain yang menginterupsi dan merebut betina. Tetapi ikan tersebut akan kembali ke pasangannya lagi, dan bertahan hingga berbulan-bulan.