Fosil Tertua di Dunia Ditemukan Akibat Perubahan Iklim

By , Sabtu, 3 September 2016 | 15:00 WIB

Fosil tertua di dunia berusia 3,7 miliar ditemukan di Greenland, memberikan bukti-bukti tentang kehidupan awal di Bumi. Sisa-sisa mikroba kuno ini ditemukan karena es mencair, fenomena yang mungkin akan sering terjadi karena pemanasan global.

Fosil-fosil yang dikenal sebagai stromatolit merupakan bukti keberadaan koloni bakteri air kuno yang tersedimentasi dalam beberapa lapisan karbonat. Sebelum penemuan ini, fosil tertua yang dikenal adalah stromatolit berusia 3,48 miliar tahun yang ditemukan di Australia Barat.

Dalam laporan yang diterbitkan di jurnal Nature disebutkan, Fosil-fosil tersebut ditemukan di bebatuan sedimen tertua di dunia, di Isua Greenstone Belt, di sepanjang pinggiran tudung es Greenland.

Direktur Australian Centre for Astrobiology, Martin Van Kranendonk mengatakan bahwa kawasan Greenland yang baru tersingkap menawarkan kesempatan unik untuk menemukan fosil.

Para peneliti mencari fosil di kawasan Greenland yang esnya mencair akibat pemanasan global. (Laure Gauthiez via National Geographic)

“Penemuan ini menunjuk ke munculnya kehidupan awal di Bumi dan mendukung pencarian kehidupan di bebatuan kuno serupa di Mars,” ujar Van Kranendonk, yang juga terlibat dalam penulisan laporan.

Selain itu, penemuan mengingatkan bahwa harta karun berupa rahasia kuno ini kemungkinan besar akan terungkap ketika gletser, es laut dan  permafrost—tanah yang berada di titik beku—meleleh akibat pemanasan global.

Kemungkinan ironisnya, pemanasan global yang dapat mengekspos harta karun kuno, juga dapat mengancam makhluk hidup yang saat ini hingga menjadi fosil. Studi terbaru memperkirakan, Bumi akan 8 derajat Celcius lebih panas pada 2300, kembali ke iklim 52 juta tahun lalu. Di Arktik, suhu rata-rata akan naik sebesar 17 derajat Celcius.

Sementara, hanya butuh kenaikan suhu 6 derajat Celcius untuk membuat Bumi beralih dari zaman es terakhir. Dengan kata lain, Bumi akan begitu panas, sehingga pohon kelapa bisa tumbuh di Alaska dan buaya dapat berenang di Lautan Arktik.