Popularitas dari triathlon, sebuah kompetisi lari, bersepeda, dan renang dalam satu kesatuan, telah meledak dalam 15 tahun terakhir. Menurut USA Triathlon, kelompok yang mengelola kompetisi tersebut, ada peningkatan jumlah peserta dari tahun ke tahun.
Namun sejumlah kecil tragedi merusak kompetisi triathlon itu sendiri. Kompetisi olahraga tersebut setidaknya memakan beberapa korban dari 100.000 peserta yang ikut. Meskipun tidak banyak, namun insiden kematian ini dua hingga tiga kali lebih tinggi dari yang kita lihat dalam perlombaan marathon.
Kematian yang paling banyak terjadi ketika memasuki sesi kompetisi renang, saat banyak partisipan yang berenang bersamaan di air. Ketika seseorang tewas ketika berenang, sulit untuk diketahui penyebabnya.
Sekarang, sebuah penelitian terbaru menemukan petunjuk mengenai adanya cairan yang masuk ke dalam paru-paru yang seringkali memainkan peran di balik insiden kematian tersebut.
Dalam penelitian terbaru, para ilmuwan menemukan kondisi yang disebut dengan immersion pulmonary edema (IPO). Ketika seseorang terjun ke dalam air, terutama air dingin, tubuh dengan cepat melangsir darah dari ekstrimitas dan bergerak ke arah inti.
Terkadang, hal ini membawa perubahan tekanan dari dalam yang memaksa cairan dari darah menuju ke paru-paru. Hal itu yang menyebabka pernapasan menjadi pendek dan lendir darah kebiruan. Jika perenang tidak keluar dari air secepatnya, cairan akan memenuhi paru-paru mereka.
Peneliti dari Duke University Medical Center dan University of Iowa mendata kematian dalam triathlon di Amerika Serikat dan Kanada dari bulan Oktober 2008 hingga November 2015. Mereka menemukan 58 orang tewas ketika latihan atau saat berkompetisi, termasuk 42 orang yang tewas selama kompetisi renang.
Peneliti meminta rekaman otopsi dari mereka yang tewas saat kompetisi renang. Dari 23 rekaman yang diamankan oleh peneliti, 19 rekaman miliki pria, dan keempat lainnya milik wanita. Dalam sejumlah kasus, kematian mereka disebabkan oleh masalah jantung.
Empat pria secara signifikan memiliki penyakit arteri koroner, dilihat dari pembuluh darah yang menyempit lebih dari 70 persen.
Enam atlet diketahui memiliki jantung yang besar. Hal itu ditunjukkan oleh para atlet lewat bukti yang ada pada venticular hypertrophy, yang berarti ruang untuk jantung memompa darah pada tubuh lebih besar dari biasanya.
Kebanyak atlet memiliki jantung yang lebih besar karena mereka melakukan olahraga untuk mengencangkan otot. Namun masalah jantung atlet rupanya tidak terlihat dalam kematian atlet-atlet triathlon.
Dalam penelitian sebelumnya menemukan bahwa venticular hypertrophy kiri memiliki faktor risiko immersion pulmonary edema. Penemuan terbaru tidak membuktikan bahwa para atlet triathlon itu tewas akibat IPO, namun mereka menunjukkan penjelasan yang memungkinkan dari penyebab kematian.
“Jika orang memiliki hipertensi atau mereka diketahui memiliki venticular hypertrophy, mereka membutuhkan evaluasi dan pengobatan sebelum mereka mengikuti olahraga ini,” ujar peneliti Dr. Richard Moon, profesor anesthesiologi dan obat di Duke University School of Medicine.
Ada beberapa penjelasan mengenai kemungkinan dari kematian yang dialami oleh atlet, seperti serangan panik akibat dari kondisi lomba yang ramai dan air dingin yang harus dilalui oleh para atlet, meski saat latihan mereka menggunakan kolam dengan air yang hangat. Sejumlah organisasi kompetisi ini mencoba untuk membuat beberapa perubahan untuk mengurangi risiko yang ada.