Ratapan Gajah Iringi Kepergian Pemimpin Kelompoknya

By , Minggu, 11 September 2016 | 13:00 WIB

Saat ini, gajah Afrika liar sangat langka ditemukan hidup sampai usia tua. Ini akibat pembantaian brutal para pemburu gading. Walaupun jarang ditemukan, peneliti masih memiliki kesempatan untuk mengamati gajah. Kali ini, peneliti mengamati gajah yang sedang berkabung karena kematian pemimpin keluarga mereka.

Shifra Goldenberg, seorang mahasiswa doktoral Colorado State University, salah satu orang yang beruntung. Ia melihat saat-saat terakhir Ratu Victoria, salah satu matriark (pemimpin betina dalam suatu kelompok) tua terakhir yang masih hidup di Samburu National Reserve, Kenya utara, Victoria mati secara alami pada tahun 2013.

Beberapa minggu kemudian Goldenberg kembali ke lokasi bangkai Victoria. Ia bertemu dengan tiga gajah dari tiga keluarga berbeda. Apakah gajah-gajah itu sedang melakukan penghormatan?

Video penyelidikan gajah oleh Goldenberg yang berdurasi 15 menit secara khusus diperlihatkan pada National Geographic untuk pertama kalinya. Rekaman video tersebut menjadi data penting dalam perkembangan penelitian terkait kompleksitas pemikiran, persepsi, dan tanggapan gajah terhadap kematian. Tidak hanya menangkap ritual penting dari perilaku gajah, video juga mengungkapkan wawasan baru tentang kekuatan ikatan sosial antar gajah.

Tiga gajah itu memang dari keluarga berbeda, tak berhubungan dengan Victoria, namun mereka mengenalnya. Goldenberg mengatakan bahwa gajah-gajah jelas menunjukkan koneksi pada Victoria, dengan berlama-lama mengitari bangkainya.

"Apa yang dilakukan keluarga cukup menarik, tapi perlakuan gajah yang bukan kerabat juga penting," kata Goldenberg. "Lihatlah penyelidikan mereka terhadap tubuh (bangkai Victoria). Anda akan melihat gajah berjalan melewati dan membauinya. Sungguh menakjubkan!"

"Saya tidak mengatakan mereka sedang meratap bersama, tapi jelas ada kepentingan dan mereka melakukannya.Ada sesuatu yang terjadi." ujar Goldeberg.

Menghormati yang telah mati

Gajah telah lama diketahui memiliki kemampuan mengekspresikan emosi, terlebih empat bersama dengan lumba-lumba dan simpanse. Namun, reaksi mereka terhadap kematian masih menjadi misteri. Apakah mereka memiliki sifat yang sama dengan manusia dalam menghadapi kesedihan? Menurut sains, temuan ratapan-ratapan gajah masih belum cukup menjadi bukti.

Mengomentarai hal ini, Goldenberg mengatakan, "Saya tidak mengatakan mereka sedang meratap bersama, tapi jelas ada kepentingan dan mereka melakukannya. Ada sesuatu yang terjadi."