Dibalik topeng emas indah yang menutupi Tutankhamun, ada sosok wajah sang raja yang masih remaja dan tubuhnya.
Mengejutkan, Raja Tut memiliki kaki yang bengkok, gigi yang maju, dan pinggul seperti perempuan. Penampakan sosok tersebut adalah hasil dari otopsi visual yang dilakukan dengan menggunakan 2.000 CT Scan.
Dari film dokumeter milik BBc, model 3-D yang ditampilkan cukup mengejutkan, dan menjadi titik terang dari kematian firaun muda itu di usia 19 tahun.
Dalam teori sebelumnya, ditunjukkan bahwa Raja Tut mungkin meninggal akibat dari insiden kereta tempur. Namun rekonstruksi virtual menunjukkan skenario yang berbeda.
“Penting untuk melihat kemampuan dirinya dalam mengendarai kereta tempur dan kita menyimpulkan bahwa mustahil hal itu menewaskan dirinya, terutama hingga membengkokkan kakinya, hingga akhirnya ia tidak mampu berdiri dengan sempurna,” ujar Albert Zink, kepala Institute for Mummies and Iceman di Italia.
Menurut Ashraf Selim yang bekerja sebagai radiologis Mesir, Raja Tut memiliki penyakit yang mematikan tulangnya selama masa remajanya, yang mengakibatkan rasa sakit yang teramat sangat.
“Sulit untuk mengatakan bahwa malaria menjadi faktor serius yang menyebabkan kematiannya,” ujar Zink.
Sekitar 130 batang penyangga untuk berjalan ditemukan di sekitar harta karun Raja Tut yang mendukung teori bahwa bocah firaun itu mengandalkan tongkatnya untuk berjalan.
Zink percaya kematian firaun tersebut lebih disebabkan karena tubuhnya yang lemah akibat dari pernikahan sedarah yang dilakukan oleh kedua orangtuanya.
Tahun 2010, sebuah penelitian genetik internasional menghasilkan penemuan dari lima generasi, termasuk Tutankhamun didalamnya. Dalam penelitian itu, mumi yang dikenal sebagai KV55 dan KV35YL, teridentifikasi sebagai saudara, dan diketahui juga sebagai orang tua Raja Tut.
Penelitian itu mengkorfimasikan bahwa raja muda itu mengidap penyakit malaria dan menderita dengan kakinya yang cacat, di atas lutut, sebelum ia meninggal.
“Sulit untuk mengatakan bahwa malaria menjadi faktor serius yang menyebabkan kematiannya,” ujar Zink.
Bocah firaun ini telah menjadi teka-teki lama bagi para ilmuwan sejak makam dan harta karunnya ditemukan pada 22 November 1922 oleh arkeolog Inggris, Howard Carter.
Sebagai laki-laki terakhir dari keluarganya, kematiannya menjadi akhir dari dinasti ke 18, yang merupakan generasi paling hebat dalam keluarga kerajaan Mesir. Hal tersebut memungkinkan adanya jalan bagi militer kemudian untuk memimpin Mesir.