Batu Ikonik di Cape Kiwanda Ambruk Akibat Ulah Pengunjung

By , Kamis, 8 September 2016 | 13:00 WIB

The Duckbill, batu tumpuan terkenal di Cape Kiwanda, Pacific City, Oregon, telah lama menjadi tengara favorit bagi para wisatawan untuk berfoto. Selain itu, batu setinggi 2,1 meter tersebut juga menjadi lokasi populer untuk foto pranikah maupun pose yoga.

Tengara itu ambruk minggu lalu. Awalnya, petugas mengira batu tersebut runtuh karena penyebab alami dan akibat terlalu sering menahan beban orang-orang yang memanjatnya. Tetapi kemudian terkuak bahwa batu itu sengaja dihancurkan oleh sekelompok orang tak dikenal. Peristiwa itu tak sengaja terekam kamera, berikut tayangannya:

Video tersebut direkam oleh David Kalas, yang pada saat kejadian, sedang membuat video tentang kawasan tersebut menggunakan drone. Ia dan temannya tak sengaja melihat sekelompok orang yang tampaknya mencoba merobohkan Duckbill. Kalas mengeluarkan ponselnya tepat waktu dan berhasil merekam tepat ketika batu tersebut runtuh. Setelah itu, ia menghadapi kelompok tersebut.

“Saya bertanya pada mereka, kenapa mereka merobohkan batu itu, dan begini jawaban yang saya dapat, 'Teman kami mengalami patah kaki sebelumnya karena batu itu',” tutur Kalas kepada KATU News.

“Mereka juga mengatakan pada saya bahwa mereka melakukannya demi kebaikan dunia atau Oregon,” lanjut Kalas.

Chris Havel, direktur asosiasi Oregon Parks and Recreation Department mengatakan bahwa area Duckbill yang runtuh itu sebenarnya telah dibatasi oleh pagar selama beberapa dekade karena batu pasir di sana tidak stabil, dan berbahaya bagi wisatawan.

“Meskipun pagar dan tanda bahaya begitu jelas, keindahan area itu sangat memancing wisatawan. Orang-orang sering melompati pagar, mengabaikan tanda peringatan dan pergi ke area terlarang. Ini merupakan masalah berkelanjutan dari Taman Oregon,” kata Havel.

Dalam dua tahun terakhir, tercatat enam kematian terjadi di Cape Kiwanda, meskipun bukan di daerah Duckbill.

The Duckbill setelah ambruk karena ulah pengunjung. (Oregon Parks and Recreation Department/Associated Press via National Geographic)

Havel mengatakan bahwa pengelola akan mencoba mencari cara yang dapat menjaga wisatawan menjauhi area berbahaya di Cape Kiwanda, seperti dengan memberi tanda peringatan dan pagar baru, serta petugas yang mengawasi di kawasan tersebut dan mengingatkan wisatawan secara langsung. Pengelola juga bekerja sama dengan polisi untuk menentukan langkah yang akan diambil untuk merespon video tersebut.

Sejak video viral, orang-orang mulai membagikan foto-foto batu tersebut di Instagram menggunakan tagar #ripthatpnwrock. Banyak orang yang mengungkapkan kesedihan dan kemarahannya. Havel berharap kejadian ini dapat menjadi refleksi bagi semua orang.

“Orang-orang tersebut mungkin marah karena ada yang meruntuhkan batu, tetapi semua orang yang pernah menginjakkan kaki di batu itu juga berperan mempercepat kehancurannya. Mereka harus merenungkan hal itu jika di kemudian hari mereka ingin melakukan hal serupa,” ujar Havel.

“Taman ini terbuka bagi siapa saja yang ingin menikmatinya. Para pengunjung tidak boleh melakukan hal-hal yang mengurangi kegembiraan orang lain berikutnya,” pungkas Havel.