Rumah Batu Berusia 9.000 tahun Ditemukan di Pulau Rosemary

By , Kamis, 8 September 2016 | 14:00 WIB

Tim peneliti University of Western Australia (UWA) yang menjelajahi Kepulauan Dampier di barat daya Australia Barat telah menemukan bukti dari salah satu pemukiman paling kuno di Australia.

Direktur Centre for Rock Art Research and Management UWA, Jo McDonald, mengatakan bahwa meski penelitian masih berada pada tahap awal, penggalian hunian dari batu di daerah tersebut menjadi bukti kedudukan suku Aborigin di kawasan itu selama zaman es terakhir.

“Penggalian di Pulau Rosemary di Kepulauan Dampier, mengungkap bukti keberadaan salah satu bangunan domestik paling awal di Australia, bertanggal antara 8.000 dan 9.000 tahun silam,” katanya.

Meski banyak ditemukan struktur serupa di Australia, menurut McDonald bahwa rumah-rumah batu di Pulau Rosemary merupakan yang paling tua.

Penggalian di Pulau Rosemary di Kepulauan Dampier, mengungkap bukti keberadaan salah satu bangunan domestik paling awal di Australia, bertanggal antara 8.000 dan 9.000 tahun silam. (Jo McDonald/University of Western Australia)

Ia berpendapat, penemuan mengejutkan ini tidak hanya memiliki dampak signifikan pada ilmu pengetahuan, tetapi juga akan sangat bermanfaat bagi masyarakat Aborigin di daerah tersebut dan meningkatkan hubungan mereka dengan budaya dan masa lalu suku mereka.

Peneliti menduga bahwa orang-orang Aborigin masa lampau menggunakan cabang atau bagian tanaman lain untuk membuat atap. Rumah-rumah tersebut juga cukup ‘canggih’, dengan beberapa ruangan.

“Di dalam rumah terdapat beberapa area terpisah, itu bisa jadi merupakan ruang tidur dan area kerja. Ada bukti-bukti, dulunya orang menggiling biji-bijian di lantai batu di dalam rumah, serta sisa-sisa wadah makanan,” ujar McDonald pada The Australian.

Peta Kepulauan Dampier di Australia Barat (Lentisco via Wikimedia Commons)

Struktur khusus ini akan membantu peneliti untuk menyelidiki bagaimana kelompok Aborigin hidup setelah zaman es terakhir. Pada masa itu, permukaan air laut naik hingga 130 meter—satu meter tiap lima hingga 10 tahun.  Kondisi itu akhirnya memisahkan pulau-pulau dari daratan utama.

“Kami berasumsi, kenaikan air laut setelah zaman es memaksa kelompok Aborigin untuk tinggal berdekatan dalam wilayah yang lebih sempit,” ujar Donald.

Meskipun kelompok Aborigin tersebut merupakan pemburu, struktur hunian ini menunjukkan bahwa mereka telah mengembangkan strategi sosial untuk menetap di suatu tempat, untuk mengatasi perubahan lingkungan.