DNA ini Mungkin Pecahkan Misteri Wabah Besar London

By , Minggu, 11 September 2016 | 11:00 WIB

Bakteri yang menyebabkan Wabah Besar London pada tahun 1665 telah diidentifikasi untuk pertama kalinya. Para ilmuwan menemukan DNAYersinia pestis (wabah yang bertanggung jawab atas Black Death di abad ke-14) dari kerangka yang ditemukan tahun lalu. Penemuan ini terjadi saat pembangunan baru jalur bawah tanah kereta cepat London.

Penggalian di jalan Liverpool memotong jalur sisa-sisa pekuburan tua Bedlam, yang digunakan antara tahun 1569 dan awal abad ke-18. Lebih dari 3.300 kerangka manusia ditemukan, termasuk sebuah kuburan massal dari 42 individu. Arkeolog menduga mungkin kuburan massal merupakan korban yang terjangkit wabah mematikan dahulu.

Dugaan arkeolog bukan tanpa alasan, penemuan DNA Yersinia pestis DNA pada gigi dalam lima dari individu-individu telah menegaskan mereka memang mati dari penyakit pes. Selain itu, penemuan ini kemungkinan akan memberikan penjelasan baru tentang Wabah Besar 1665, bahkan mungkin memecahkan beberapa misteri tentang kecepatan dan keganasannya yang dengan cepat menyebar.

Saat itu merupakan putaran terakhir wabah penyakit pes di Inggris. Penyakit ini telah mematikan 100.000 warga London, hampir seperempat dari penduduk kota, hanya dalam 18 bulan.

"Bakteri tidak berperilaku seperti itu sekarang. Ia jauh lebih lambat dan kurang menyebar secara dramatis. Mungkin ada beberapa bentuk mutasi?" ujar Don Walker, salah satu peneliti yang terlibat dalam pengambilan DNA. Ia menambahkan dugaannya, “Atau bakteri harus dimiliki orang dengan kerentanan? Manusia dahulu membawa beban penyakit yang lebih besar daripada hari ini (misalnya, tuberkulosis) dan mengalami gizi buruk, membuat mereka lebih rentan?”

Saat ini, DNA diidentifikasi oleh tim ilmuwan dari Museum of London Archaeology (MOLA) dan Institute Max Planck di Jerman. Mereka mempelajari kerangka gigi, karena enamel bertindak sebagai semacam kapsul waktu dalam melestarikan informasi genetik dari bakteri yang beredar dalam aliran darah individu pada saat kematian. Bakteri itu sendiri tewas tak lama setelah penderita meninggal pada 351 tahun yang lalu, sehingga sisa-sisa DNA tidak menimbulkan risiko saat ini.

Para ilmuwan berharap dapat mengurutkan DNA dari wabah tahun 1665, dan membandingkannya dengan DNA Yersinia pestis yang ditemukan kembali dari abad ke-14 di tempat lain di London.