Susu dapat diolah bersama dengan secangkir kopi, semangkuk sereal, atau segelas smoothies strawberry, menjadi sarapan bergizi untuk memulai hari. Namun, terkadang kita lupa atau tidak mengetahui susu tersebut telah basi.
Saat ini, cara memperkirakan susu basi hanya dengan tes bau, mengendus aroma susu. jika berbau berbeda dari biasanya, maka Anda tidak akan meminumnya. bukan ? Masalahnya adalah bahwa indra penciuman tidak selalu bisa diandalkan, dan susu basi pun mengecoh hidung manusia.
Kita cukup beruntung, satu tim dari Universitas California, Barkeley dan Universitas National Chiao Tung, Taiwan berhasil mengembangkan inovasi teknologi untuk mengetahui susu telah basi atau tidak. Tim ini mengembangkan ‘Smart Cap 3-D’ semacam penutup untuk botol susu/kotak susu.
Namun, pasteurisasi, tidak membunuh semua bakteri. Akhirnya, bakteri-bakteri selamat inilah yang akhirnya menyebabkan susu menjadi basi atau mengalami pembusukan.
Tutup ini akan diresapi dengan sensor mikroelektronik yang mampu memberitahu konsumen sekilas apakah susu mereka masih bisa diminum atau telah basi. Cara penggunaannya adalah dengan tuangkan sedikit susu ke dalam tutu, lalu serangkaian sirkuit terpadu dan sensor nirkabel seketika akan memberitahu tahu Anda apakah susu layak minum atau sudah waktunya dituangkan dalam saluran pembuangan.
Pada dasarnya, susu pasti basi. Kebanyakan susu saat ini dipasteurisasi, suatu teknik yang menggunakan paparan panas umumnya selama 15 detik dalam 72 derajat Fahrenheit untuk membunuh bakteri patogen. Namun, pasteurisasi, tidak membunuh semua bakteri. Akhirnya, bakteri-bakteri selamat inilah yang akhirnya menyebabkan susu menjadi basi atau mengalami pembusukan.
Smart Cap 3-D bukanlah inovasi pertama untuk mengetahui susu telah basi. Ada pula Milkmaid, pemenang dari kontes ‘smarter with software’ di tahun 2012. Namun, karena terlalu rumit Milkmaid tidak pernah dipasarkan. Semoga ada kelanjutan lagi dari Smart Cap 3-D, karena susu basi benar-benar menjijikkan !