Para arkeologi telah menemukan jasad anak-anak tanpa kaki disekitar reruntuhan kuil di pantai utara Peru. Mereka menduga bahwa bukti temuan mereka tersebut merupakan jasad anak-anak yang dikorbankan untuk upacara persembahan.
Tim arkeolog yang dipimpin oleh Carlos Wester La Torre, dari Unidad Ejecutora 005 Naylamp untuk Kementerian Kebudayaan, menemukan 13 makam yang diketahui berasal dari abad ke-15 dan ke-16 di situs Chotuna-Chornancap, daerah Lambayeque.
Pada kuil dan komplek piramida yang berusia 1500 tahun itu, terdapat makam-makam pendeta Chornancap dari abad ke-13, yang dikenal sebagai orang-orang paling kuat dalam budaya Lambayeque.
Bersama dengan delapan orang lainnya, pendeta itu dikuburkan dengan sebuah topeng, perhiasan, keramik, dan tongkat emas dengan gambar dewa Lambayeque.
Berdasarkan pernyataan yang dikeluarkan oleh unit kementerian budaya, makam yang ditemukan tersebut adalah milik kebudayaan Chimu, yang kala itu berada di bawah kekuasaan Inca.
Jasad keenam anak itu dimakamkan pada kuburan dangkal secara berpasang-pasang di bagian timur, barat, dan utara reruntuhan kuil.
“Hal itu menunjukkan bahwa kaki mereka telah dipotong, dan memperlihatkan bahwa mereka telah dikorbankan serta dijadikan ‘pelindung’ dari makam-makam tersebut."
Hal yang paling penting adalah terdapat dua jasad anak yang dikuburkan di bagian barat kuil, dan mereka tak memiliki kaki.
“Hal itu menunjukkan bahwa kaki mereka telah dipotong, dan memperlihatkan bahwa mereka telah dikorbankan serta dijadikan ‘pelindung’ dari makam-makam tersebut,” ujar Unidad Ejecutora 005 Naylamp.
Bukti dari aktivitas ritual tersebut dan kemungkinan pengorbanan manusia yang ditemukan di sana juga mampu menemukan bukti adanya jasad orang dewasa lain, wanita dan pria. Keduanya membenamkan wajah mereka pada lubang kecil yang panjang.
Pada pusat dari area pemakaman itu, arkeolog menemukan orang paling penting, seorang pria yang terkubur bersama dua vas dari tanah di salah satu sisi, dan pahatan kapal di sisi lainnya.
“Penggalian arkeologi musim ini dimulai dengan menghasilkan sesuatu yang akan memudahkan kita untuk merekonstruksi fungsi dari tempat seperti Chornancap ini,”
“Persembahan tersebut sepertinya terkait dengan beberapa karakter yang ada dalam lukisam polikrom yang ditemukan sebelumnya di dalam kuil,” ujar arkeolog.
Lukisan itu menggambarkan beberapa orang yang membawa pekerja mereka dan beberapa lainnya memegang kepala dari orang-orang yang dipenggal.
“Penggalian arkeologi musim ini dimulai dengan menghasilkan sesuatu yang akan memudahkan kita untuk merekonstruksi fungsi dari tempat seperti Chornancap ini,” ujar Wester La Torre.
“Sejak ditemukannya makam pendeta tersebut, penelitian di situs tersebut tetap dilanjutkan untuk mengungkapkan upacara dan ritual yang dilakukan di kuil tersebut,” tambahnya.