Dampak Mematikan Gas Klorin dalam Konflik Suriah

By , Sabtu, 10 September 2016 | 13:00 WIB

Pemerintah Suriah menggunakan senjata kimia untuk menyerang warga mereka sendiri. Penyerangan dengan menggunakan gas klorin dilakukan pada penduduk di Aleppo. Penyerangan kedua terjadi sebulan yang lalu. Penyerangan udara itu berdampak pada 100 orang, termasuk 40 anak-anak dan 15 wanita.

Perang kimia di Suriah ini telah terjadi beberapa tahun lamanya. Tahun 2014, Organization for the Prohibition of Chemical Weapons (OPCW) dilaporkan memiliki bukti bahwa rezim Assad secara sistematis dan berulang, menggunakan gas klorin sebagai senjata perang untuk menyerang pejuang oposisi dan warga.

Klorin merupakan salah satu zat kimia pabrik yang paling banyak digunakan di Amerika Serikat. Biasanya, zat ini digunakan sebagai disinfektan untuk kolam maupun air minum. Zat klorin juga digunakan pada pabrik kertas dan pakaian untuk pestisida, karet, dan larutan.

Gas klorin memiliki bau yang sangat tajam seperti pemutih dan memiliki warna kuning-hijau. Karena klorin memiliki kepadatan dua setengah kali lebih padat dari udara, ia bisa jatuh ke tanah di area dengan sirkulasi udara yang kecil.

Ketika klorin digunakan sebagai senjata dalam penyerangan, zat ini sangat mematikan. Dalam Perang Dunia I, terdapat larangan penggunaan zat ini di medan perang oleh perjanjian internasional. Sifat korosif dari gas tersebut memiliki efek buruk bagi kesehatan.

Meskipun dalam level yang rendah, klorin dapat menyebabkan iritasi pada mata, kulit, dan mengganggu perjalanan udara. Dengan menghirup gas klorin atau kontak langsung dengan mata atau kulit, akan mengakibatan sesak pada dada, pengelihatan yang kabur, pusing, pernafasan yang memendek, dan perih pada kulit.

Perubahan keseimbangan pH pada darah juga akan menghancurkan organ. Dosis yang berlebih juga berpotensi pada kematian setelah beberapa jam kemudian.

Pada tingkat sel, klorin memisahkan hidrogen dari jaringan kelembapan air, yang kemudian melepaskan oksigen dari hidrogen klorida, lalu menyebabkan kerusakan jaringan. Oksidasi klorin juga dapat membentuk hypochlorus acid, yang akan merusak struktur sel.

Gejala akut yang berhubungan dengan gas klorin akan menghilang setela tiga sampai lima hari, namun membutuhkan berbulan-bulan agar fungsi paru-paru untuk kembali normal. Masalah pernafasan kronis akibat dari gas ini dapat menjadi perhatian yang menganggu kesehatan jangka panjang.