Menilik Sejarah Kompos, Emas Hitam Solusi Mengatasi Limbah Makanan

By National Geographic Indonesia, Selasa, 13 September 2016 | 15:00 WIB
Bekas media tanam jamur juga bisa dijadikan kompos untuk lahan pertanian. (Bayu Dwi Mardana)

Saat ini, kompos menjadi komoditi yang banyak dicari. Kompos merupakan modifikasi tanah hasil dari penguraian campuran-campuran bahan organik. Nama lainnya adalah ‘Black Gold’. Kepopulerannya semakin meluas ketika masyarakat millennial mulai menggunakannya dalam berkebun.

Kepopuleran kompos bukan tanpa alasan, ia memiliki banyak manfaat. Pertama, pengomposan dilakukan dengan mendaur ulang bahan organik dan mengurai limbah. Kedua, mengisi ulang tanah yang telah habis, dan meningkatkan kesuburan tanah. Proses pengomposan dapat dilakukan hampir di setiap lingkungan, meski dengan cara berbeda.

Baca juga: Perilaku Hewan Bisa Jadi Tanda Gempa Bumi?

Di era produksi dan konsumsi pangan yang boros, pengomposan menjadi solusi yang baik untuk mengatasi limbah makanan. Bagi banyak tukang kebun modern pengomposan mungkin konsep yang cukup baru. Namun, jika menyelam ke dalam buku-buku sejarah, maka fakta menunjukkan praktek ini telah dilakukan selama pertanian itu sendiri.

Metode kuno

Penerapan bahan organik untuk pertanian mulai digunakan sekitar Zaman Batu. Bukti arkeologi dari Kepulauan Inggris menunjukkan bahwa Skotlandia menggunakan kompos untuk pertanian skala kecil sejak 12.000 tahun lalu.

Petani saat itu kemungkinan membajak dan menanam tumpukan kompos langsung di tempat asal, bukan dengan memindahkan kompos ke dalam bidang khusus. Mereka mengubah tumpukan kompos menjadi bidang-bidang dan menanam langsung di dalamnya.

Butuh 10.000 tahun sebelum seseorang akhirnya menulis tentang penggunaan kompos dari Zaman Batu. Akkadians di Mesopotamia merupakan kerajaan pertama yang menerapkan birokrasi fungsional. Kerajaan ini menyimpan catatan dengan mencorat-coret paku ke lempeng tanah liat. Beberapa lempeng dari pemerintahan Raja Sargon sekitar 2300 SM, diyakini memuat referensi tertulis terkait kompos era awal.

Baca juga: Operasi Sesar Berpengaruh Pada Evolusi Manusia?

Praktek ini tidak terbatas pada Mesopotamia saja, petani Mediterania di Yunani dan Italia memiliki siklus limbah pertanian dari satu operasi pertanian ke pertanian yang lain. Lalu, petani Cina secara teratur membuahi sawah mereka dengan anaerob (tanpa oksigen), salah satu teknik pengomposan.

Orang-orang Barat baru menemukan metode pengomposan kuno di Afrika dan hutan hujan Amazon. Di Amerika Utara, penduduk asli Amerika membungkus benih untuk melengkapi ketersediaan hara.