Australia Temukan Zat Berbahaya dalam Tinta Tato

By , Jumat, 16 September 2016 | 08:00 WIB

National Industrial Chemical’s Notification and Assessment Scheme (NICNAS) menunjukkan apa yang terkandung dalam tinta yang digunakan untuk menato kulit milik lebih dari dua juta warga Australia dan 100 juta masyarakat Eropa.

Laporan tersebut menemukan bahwa terdapat 471 tinta tato berbeda yang biasanya digunakan di Australia terbuat dari 89 zat kimia unik. Mereka mewawancarai 22 seniman tato profesional dan mencari sumber spesifik dari 49 tinta tato yang banyak digunakan di studio tato untuk analisis lebih detail dari zat kimia tersebut.

Dari 49 tinta yang diuji oleh NICNAS, hanya empat tinta yang masuk standar Eropa.

Kandungan dalam tinta sebagian besar berasal dari polucyclic aromatic carcinogen (PAHs), sebuah kelompok bahan kimia yang dikenal sebagai karsinogen. PAHs ditemukan pada lebih dari seperlima sampel yang diuji dan dalam 83 persen tinta hitam.

Komponen lain yang di luar standar dan berbahaya juga termasuk didalamnya, seperti barium, copper, merkuri, amines, dan pewarna lainnya.

Pada sejumlah tinta, ada ketidakcocokan antara isi dan pelabelannya. Satu tinta yangn terjual digunakan untuk mentato namun label dari kemasa tinta untuk mengatakan bahwa tinta tidak digunakan untuk tujuan tersebut.

Hal ini menjadi tantangan bagi dunia internasional dalam menyusun regulasi yang tepat. Italia menjadi salah satu negara yang mengalami peningkatan angka jumlah studio tato dari tahun 2006 hingga 2015. Mereka mengalami kesulitan dalam mengawasi efek yang ditimbulkan dari peningkatan angka studio tato itu.

Otoritas kesehatan di Swiss menganalisa 416 sampel tinta dan menemukan 39 pewarna yang seharusnya tidak dicoba untuk digunakan pada tubuh manusia.

Tato tradisional suku Maori adalah harta karun bersejarah yang dilindungi oleh perjanjian Waitangi, sehingga regulasi di Selandia Baru memiliki tantangan khusus tersendiri.

Penting untuk diingat bahwa manusia telah melakukan kegiatan tato pada kulit mereka selama ribuan tahun lamanya menggunakan beragam cara, beberapa diantaranya menyakitkan. Di luar risiko infeksi akibat dari injeksi alat yang tidak bersih, dan sejumlah kondisi medis yang serius menjadi bukti kecil yang secara tidak langsung menghubungkan tato pada penyakit serius.

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan di Jerman, peneliti menemukan sebanyak 67 persen orang bertato dilaporkan memiliki komplikasi. Sebanyak 7 persen dari mereka komplikasi secara sistemik dimana dampaknya mengenai kulit area tato.

Sebagian besar infeksi kulit tersebut diakibatkan oleh bakteri seperti staphlocicci dan streptococco, mycobacteria, dan beberapa kasus yang jarang terjadi, yaitu virus hepatitis B dan C.

Bagi orang yang telah memiliki tato, menghapusnya mungkin tidak akan membantu sama sekali. NICNAS mengatakan bahwa zat kimia mengalami degradasi foto dibawah paparan radiasi panas dan laser.

Ini berarti zat kimia terjebak di bawah kulit dan terlepas ke dalam tubuh. Masih berlum jelas efek yang akan terjadi dari tato tersebut.

Tato tumbuh menjadi sebuah hal yang biasa, dan kita perlu untuk meyakinakan mereka yang ingin mentato tubuh mereka dengan informasi terkait risikonya. Hentikan penggunaan tinta berbahaya untuk melakukan tato pada tubuh.