Ahli Paleontologi Hidupkan Generasi Peduli Dinosaurus di Mongolia

By , Senin, 19 September 2016 | 10:00 WIB

Bolortsetseg “Bolor” Minjin memperoleh keterarikan terhadap dinosaurus dari sang ayah yang merupakan seorang ahli paleontologi. Hal itu yang kemudian membawanya menjadi salah satu wanita Mongolia yang meraih gelar doktor di bidang paleontologi.

Saat ini, Bolor mencoba untuk membangun generasi baru pemburu fosil di tanah kelahirannya. Ia berencana untuk membangun sejumlah museum dinosaurus di beberapa daerah.

Gurun Gobi merupakan area yang paling kayak dengan fosil di dunia. Danau-danau dan sungai yang ada di sana menjadi surga bagi kehidupan tumbuhan dan dinosaurus prasejarah. Gurun pasir itu mengubur kerangka tulang paling lengkap yang pernah ditemukan, beserta telur dinosaurus.

Bolor, yang pernah bekerja di gurun Gobi selama 20 tahun terakhir, melihat anak-anak di negaranya itu memiliki pengetahuan atau ketertarikan tesendiri terhadap dinosaurus dibanding anak-anak lainnya.

“Terlepas dari banyaknya fosil yang mereka temukan di taman belakang rumah, dinosaurus lebih terdengar seperti mahluk mitos bagi anak-anak di negara saya, karena tidak ada sumber mengenai dinosaurus untuk dipelajari,” ujar Bolor, seorang National Geographic Explorer 2010.

Setelah menerima gelar doktornya di City University of New York tahun 2007, Bolor meresmikan Institute for the Study of Mongolian Dinosaurs di Ulaanbaatar, kampung halamannya dan ibu kota Mongolia.

Ketika ia mempelajari bahwa American Museum of Natural History mendonasikan museum dinosaurus berjalan di kota metropolitan New York, ia menghasilkan 30.000 dollar lewat kampanye Indiegogo dan donasi pribadi untuk membiayai pelayaran menuju Mongolia.

“Terlepas dari banyaknya fosil yang mereka temukan di taman belakang rumah, dinosaurus lebih terdengar seperti mahluk mitos bagi anak-anak di negara saya, karena tidak ada sumber mengenai dinosaurus untuk dipelajari,” ujar Bolor, seorang National Geographic Explorer 2010.

Bus tersebut kemudian meninggalkan Ullanbaatar untuk perjalanan berbulan-bulan ke Gurun Gobi dan barat Mongolia. Namun dengan kondisi pedesaan yang miskin di negara berukuran dua kali negara bagian Texas di Amerika, Bolor berharap mampu menghasilkan solusi yang lebih berjangka panjang.

“Mengendarai bus ini sangat menantang,” ujar Bolor, yang menghabiskan beberapa minggu hanya untuk mencari ban untuk busnya.

Bantuan itu menjelaskan mengapa dirinya mencoba untuk menghasilkan uang untuk mendirikan tujuh museum dinosaurus permanen pada tahun 2018 nanti.

“Kami tak ingin orang-orang berpikir kegiatan ini hanya untuk urusan uang,” ujar Bolor. “Komunitas lokas membutuhkan kesadaran akan pendidikan dan manfaat ekonomi yang bisa diberikan oleh museum. Pariwisata. Pengetahuan. Membuka pintu ilmu pengetahuan bagi anak-anak.”

Lokasi pertama museum direncakan akan dibangun dekat Tebing Flaming itu Gurun Gobi, selatan Mongolia. Tempat tersebut adalah lokasi pertama kali ditemukannya telur dinosaurus yang ditemukan tahun 1920-an oleh ahli paleontologi Amerika Roy Chapman Andrews.

Hamparan gumuk pasir di Gurun Gobi, Mongolia. (Anton Petrus/Thinkstock)

Di samping mendidik generasi masa depan yang berpotensi menjadi ahli paleontologi dan pengembangan pariwisata, Bolor berharap museum yang didirikan kelak akan menginspirasi komunitas lokal untuk melawan perdagangan fosil di pasar gelap. Sebuah permasalahan yang telah ada sejak lama.

Tanpa usaha untuk mengkriminalisasi perdagangan ilegal, pasar-pasar seperti itu masih akan terus ada dan tidak akan pernah hilang. “Penting untuk menjaga fosil-fosil itu, karena mereka adalah bagian dari alam dan warisan budaya kita.”