Beruang Kutub Terancam Kehilangan Habitat

By , Senin, 19 September 2016 | 09:00 WIB

Suatu penelitan terbaru tentang beruang kutub ditemukan oleh tim peneliti Universitas Washington. Berdasarkan hasil penelitian, jika penyusutan es laut Arktik terjadi terus-menerus, maka masa depan suram menanti beruang kutub.

Fakta bahwa es laut di Arktik mencait karena peningkatan suhu secara global memang bukan informasi baru. Namun, lokasi tersebut merupakan pusat  habitat bagi beruang kutub.

Peneliti menggunakan data satelit yang dikumpulkan selama 35 tahun. Mereka menganalisis kualitas es yang tersisa setiap tahun. Analisis dilakukan pada 19 habitat hidup beruang kutub di Arktik.

"Es mulai terbentuk pada musim gugur di Kutub Utara, dan kemudian memuncak di musim semi dan mulai mencair dan surut sepanjang musim panas," kata Kristin Laidre salah satu peneliti dari Universitas Washington.

Selama tahun 1979 hingga 2014, para peneliti menemukan, rentang waktu antara musim semi dan musim gugur telah meningkat. Rata-rata, antara tiga sampai 9 minggu, dan itu adalah kabar buruk!

Laidre mengungkapkan pentingnya es bagi beruang kutub. "Beruang kutub menggunakan es untuk mencari mangsa, mereka menggunakan es untuk menemukan pasangan, untuk berkembang biak, dan untuk melakukan perjalanan," ujar Laidre.

Beruang kutub berburu makanan dengan menunggu di tepi lapisan es, mereka menunggu mangsa naik ke permukaan. Ini sering dilakukan terutama oleh ibu beruang yang baru-baru saja melahirkan. Mereka melakukannya untuk akses yang lebih mudah.

"Beruang betina masuk ke sarang ketika dia hamil dari musim gugur, dan ia tetap akan di sana pada musim semi hingga persalinan," kata Laidre. Kemudian dia akan keluar dari sarang sekitar bulan Maret. Ia belum makan apa-apa selama 6-7 bulan, sehingga saat keluar dengan anaknya yang sangat kecil, ia perlu untuk menemukan makanan.

Laidre mencatat bahwa sementara ini, di beberapa daerah, kelimpahan beruang sehubungan dengan keberadaan es laut tersisa, sedangkan di lokasi lain populasi jumlah beruang kutub masih stabil untuk saat ini. Namun, mereka adalah populasi yang berada dalam bahaya jika kenaikan temperatur dan penyusutab es di laut terus terjadi.

Hasi studi ini diterbitkan dalam jurnal ilmiah The Cryosphere pada Rabu (14/9).