Indonesia timur semakin dilirik oleh para pejalan yang makin haus akan pantai-pantai elok dan lanskap nan indah. Misalnya saja, Sulawesi Selatan yang sudah terkenal dengan kecantikan Pantai Samalona, matahari tenggelam di Pantai Losari yang selalu mengundang pengunjung untuk berkali-kali mengabadikan gambar, hingga pasir putih Tanjung Bira yang memanggil-manggil sukma yang resah.
Saat saya dan teman-teman hendak menuju Tanjung Bira, secara tidak sengaja kami melihat pemandangan yang mendebarkan dari atas tebing. Apa itu menyeruak di bagian depan? Biru. Putih. Berdesir. Pantai yang super indah! Kami yang baru saja pulang dari Desa Kajang meminta pengemudi untuk mampir terlebih dahulu ke pantai itu. Tak dinyana, pantai yang kami hampiri adalah Pantai Pangrangluhu yang merupakan tempat dibuatnya kapal pinisi!
Jadi, jika Anda memang berniat untuk mengunjungi Tanjung Bira, mampirlah sebentar ke desa Bira, yang merupakan sentra pembuatan kapal pinisi selain ada juga di daerah Tanaberu .
Pinisi, kapal tradisional suku Bugis ini konon mampu mengarungi tujuh samudra besar di dunia. Memiliki dua tiang layar utama dan tujuh buah layar. Jumlah tersebut berkaca dari 2 kalimat syahadat dan tujuh buah layar yang merupakan jumlah dari surat Al-Fatihah yang termaktub dalam kitab suci umat Islam. Nama kapal ini sebetulnya adalah Pinisi, tetapi kerap disebut "phinisi" untuk menyesuaikan dengan lafal Inggris.
Ketika saya bertanya kepada penduduk sekitar, sebagian besar masyarakat di pesisir Bonto Bahari bermata pencaharian sebagai pekerja perahu phinisi. Harga kapal ini bervariasi. Mulai dari ratusan juta rupiah, hingga 10 miliar rupiah per kapal, tergantung bentuk, fungsi, waktu pengerjaan, dan tingkat kesulitannya.
Kabarnya, ada orang asing yang mau membuat phinisi sebagai kapal pesiar dalam waktu hanya dalam enam bulan. Tentu saja perhitungan pembuatan kapal ini akan berbeda.
Dalam pembuatan, kabarnya mereka tidak memakai standar yang baku, namun menggunakan perasaan dan terdapat ritual tersendiri. Menurut Indra, pemandu kami di sana, kini semakin banyak orang yang beragama sehingga menganggap ritual tersebut musyrik dan semakin ditinggalkan.
Apa yang bisa dilakukan di Bonto Bahari?
- Wara wiri di pantainya yang berpasir putih dan lembut.
- Mengambil foto proses pembuatan kapal pinisi.
- Naik ke atas kapal pinisi yang sudah sedang dikerjakan.
- Bermain dengan anak-anak sekitar.
- Membuat video tentang pembuatan kapal pinisi.
Bagaimana dengan jarak tempuh ke Bonto Bahari? Jika melihat Google Maps, jaraknya sekitar 200-an kilometer dengan waktu tempuh empat hingga lima jam jika berkendara dengan mobil. Itulah sedikit cerita bagaimana saya bisa datang dan melihat-lihat pembuatan kapal pinisi di Pantai Pangrangluhu Desa Bira, tepatnya di Kecamatan Bonto Bahari Kabupaten Bulukumba.