Racikan Sejarah dan Kuliner Losari

By , Rabu, 21 September 2016 | 16:00 WIB

Awalnya, pantai Losari yang berada di Jalan Penghibur memiliki wajah seperti pantai-pantai di daerah lain. Warga menjadikannya lokasi memancing dan aroma pasir laut menyeruak saat anak-anak pesisir bermain di tepian pantai. Lantas, saat pembangunan Kota Makassar yang dihuni penduduk kurang lebih 1 juta jiwa ini mulai berkembang, si pantai kecipratan pembangunan.

Ditata sedemikian rupa sehingga memiliki tanggul yang kini dipenuhi tenda-tenda penjual berbagai panganan khas. Seperti pisang ape (banana press), songkolo bagadang, juga ada coto Makassar beserta es pallubutung dan pisang ijo.

Warga makassar kemudian menjadikan Pantai Losari sebuah Landmark sekaligus tempat bersosialisasi. Sekadar menghilangkan penat dengan menikmati matahari terbenam, sampai bercengkrama sembari menyantap panganan tradisional ditingkahi anging mammiri atau angin bertiup sepoi-sepoi. Sementara anak-anak kecil bebas berlarian atau bermain layangan di sore hari, atau berfoto disetiap huruf “Pantai Losari” yang terpancang kokoh.

Pantai Losari ini dapat dijadikan awal perjalanan menikmati wisata di Kota Daeng, julukan kota Makassar. Dari pantai ini juga, pandangan dapat leluasa menjelajah sampai Pulau Lae-Lae dan Pulau Kayangan. Pulau Lae-Lae adalah Pulau yang dihuni para nelayan, sementara Pulau Kayangan adalah satu pulau tujuan wisata hasil pengelolaan pihak swasta dan Pemerintah Kota Makassar.

Selain dua pulau tadi, masih ada sembilan pulau lain yang dijadikan tujuan wisata bahari juga tujuan penelitian para wisatawan dan ilmuan lokal serta mancanegara, yaitu Pulau Barrang Lompo, Pulau Barrang Caddi, Pulau Kodingareng, Pulau Lumu’-Lumu’, Pulau Bone Tambung, Pulau Langkae, Pulau Samalona, Pulau Kodingareng Keke, dan Pulau Lanjukkang.

Untuk menjangkaunya, peminat mesti menyebrang dengan perahu dari Dermaga penyebrangan Kayu Bangkoa di Jalan Pasar Ikan. Lokasinya diapit Makassar Golden Hotel (MGH) dan Hotel Pantai Gapura. Fort Rotterdam merupakan tujuan berikut, dengan jarak Cuma sektar 200 meter dari Pantai Losari.

Bangunan bersejarah ini menyimpan cerita panjang. Awalnya, Raja Goa ke-10, Tuni-pallangga Ulaweng mendirikan benteng Ujung Pandang (1545). Pada tahun 1667, kolonial Belanda mengalahkan kerajaan Gowa dan memusnahkan benteng-benteng yang menjaga kekuatan kota di tepi Laut. Satu-satunya yang disisakan hanyalah Benteng Ujung Pandang. Pelindung kota tepi laut ini dijadikan pusat pemerintahan dan dinamai Fort Rotterdam.

Sebelum menginjak gerbang, Anda disambut Sultan Hasanuddin dan kudanya. Menarik untuk menyimak ruang-ruang benteng ini, termasuk rumah tempat Pangeran Dipanagara diasingkan pasca-Perang Jawa.

Beberapa bagian lain dalam kompleks perbentengan ini sekarang dijadikan Pemerintah Sulawesi Selatan sebagai Museum La Galigo. Di dalamnya, tersimpan barang-barang peninggalan kerajaan yang pernah ada di Sulawesi Selatan. Seperti payung kebesaran raja, tombak dan senjata-senjata tradisional prajurit kerajaan, juga artefak benda-benda arkeologi seperti tulang-tulang dan senjata tajam peninggalan manusia purba di Sulawesi Selatan.

Sebelum bertolak dari Makassar, membawa pulang buah tangan khas daerah ini wajib rasanya. Oleh-oleh bisa Anda dapatkan di Somba Opu Shoping Center yang terletak di Jalan Somba Opu, bersisian dengan Jalan Ikan.

Coto Makassar, kuliner khas daerah Sulawesi Selatan. (Midori/Wikimedia Commons)

Pusat perbelanjaan ini dibangun sejak masa pemerintahan Waliota Makassar, HD Patompo, pada era 1970-an. Kurang lebih 200 ruko meramaikan sentra belanja ini, menjajakan kerajinan tradisional juga perhiasan emas dan perak. Tersedia pula beraneka cendera mata seperti tenun sutra dari Kabupaten Wajo, Kabupaten Tana Toraja, juga miniatur tongkonan (rumah khas) Tana Toraja sampai songkok (peci) dari Bone dan miniatur perahu pinisi dari kayu, perak atau besi putih.

Lainnya, masih ada kue-kue kering tradisional seperti seperti baruasa dan otak-otak berbahan dasar ikan tenggiri yang dihaluskan. Silahkan pesan langsung di sejumlah toko dalam pujasera itu.

Terakhir, bergeser sedikit ke arah timur Pantai Losari di Jalan Datuk Musseng. Terdapat warung makan Lae Lae yang siap melayani penggemar makanan laut. Seperti, cumi, udang, berbagai jenis ikan, kepiting, kakap, juga hasil tambak berupa Bandeng. Semua bahan segar ini nikmat dibakar maupun digoreng tergantung pesanan. Makin lezat disantap dengan sayur asem atau tumis sayur kangkung.