Untuk pertama kalinya, para astronom berhasil mengamati suar yang terbentuk akibat ledakan energi ketika lubang hitam menelan bintang.
Studi menemukan bahwa suar tersebut mengandung radiasi energi tinggi, termasuk ultraviolet dan sinar X-ray, sehingga bisa menghancurkan debu kosmik yang berada di sekitar lubang hitam. Tetapi pada jarak tertentu, debu dapat bertahan karena radiasi suar yang mencapainya tak begitu intens.
Debu-debu yang mampu bertahan dari radiasi suar itu pada gilirannya akan memantulkan radiasi inframerah, seperti gema.
Para astronom menggunakan teknik yang disebut “gema cahaya” untuk mengkarakterisasi debu. Dengan metode ini, astronom bisa mengukur jarak debu dengan lubang hitam dengan menghitung waktu jeda antara cahaya suar dan inframerah.
“Studi kami mengkonfirmasi bahwa debu-debu itu ada, dan kita dapat menggunakannya untuk mengukur seberapa besar energi yang dihasilkan dari kehancuran bintang,” kata Varoujan Gorjian, astronom NASA sekaligus penulis kedua studi.
Peneliti juga menemukan bahwa emisi inframerah dari debu yang terpapar suar menimbulkan jejak inframerah yang dapat terdeteksi hingga setahun setelah suar paling maksimal terjadi.
“Lubang hitam menghancurkan segala sesuatu yang berada di sekelilingnya, seperti sedang membersihkan daerahnya dengan cara melepaskan suar,” kata Sjoert van Velzen, ilmuwan John Hopkins University yang menjadi penulis utama studi.
Mengukur pantulan inframerah dari debu yang terpapar suar juga membuat para astronom dapat memperkirakan lokasi debu yang mengelilingi lubang hitam di pusat galaksi.