Ada lebih dari 65 ribu orang berusia 100 tahun—dan lebih—di Jepang pada 2016 ini. Menurut data yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan Jepang, angka itu bertambah 32 ribu dari tahun sebelumnya.
Dari data itu pula, seperti dilansir dari The Independent, maka diketahui populasi centenarian (sebutan untuk orang berusia 100 tahun lebih) terbaru memecahkan rekor yang telah dipegang Jepang sendiri selama 46 tahun berturut-turut.
Dengan tambahan 32 ribu jiwa centenarian baru, jelas selain menunjukkan tingkat kesehatan dan kesejahteraan yang baik, tetapi juga menjadi tantangan bagi perekonomian Jepang. Jumlah orang lanjut usia yang semakin banyak juga dinilai sebagai beban ekonomi bangsa.
Pemerintah Jepang pun menetapkan 19 September sebagai hari libur nasional dan pesta peringatan satu abad bagi mereka pun digelar.
Sebagai bentuk cinta dan perhatian positif atas generasi tua tersebut, pada 19 September kemarin, dijadikan hari khusus untuk menghormati orang lanjut usia. Lebih dari itu, Pemerintah Jepang pun menetapkan 19 September sebagai hari libur nasional dan pesta peringatan satu abad bagi mereka pun digelar.
Jumlah populasi centenarian Jepang lebih tinggi tiga kali lipat dari yang dimiliki Amerika Serikat. Dengan kata lain, tidak ada negeri di Bumi ini yang memiliki prosentase centenarian jauh lebih besar selain di “Negera Sakura” tersebut.
Namun, terkait dengan peringatan 100 tahun bagi 32.000 centanarian baru juga dapat merugikan negara, setidaknya berdasarkan pengalaman tahun sebelumnya. Pada 2014, misalnya, perayaan atau pemberian sertifikat kepada 59.000 centenarian dilaporkan telah merugikan keuangan negara sekitar AS$2,1 juta atau setara Rp27,6 miliar.
Jumlah centenarian meningkat 10 ribu sejak tahun 1998 dan saat ini telah meningkat menjadi total 65.692 orang setelah 32 ribu orang genap berusia 100 tahun pada 2016.