Walaupun Buta, Pria Ini Mampu Cetak Rekor Panjat Tebing Paling Terjal di AS

By , Minggu, 2 Oktober 2016 | 10:00 WIB

Tepat pada Senin, 26 September 2016 lalu, Erik Weihenmayer menjadi orang buta pertama yang berhasil memanjat tebing El Capitan kurang dari 24 jam. Salah satu tebing paling terjal yang berada di Taman Nasional Yosemite, California, Amerika Serikat.

Weihenmayer didampingi tim yang terdiri atas para pemanjat dan pendaki gunung veteran. Beberapa nama terkenal seperti Hans Florine (pemegang rekor memanjat El Capitan sebanyak 177 kali), Timmy O’Neillm, Geoff Tabin, dan Charley Mace termasuk di dalam tim. Tim memilih East Buttress sebagai rute pendakian mereka, merupakan jalur terpendek untuk mencapai El Cap, terdiri atas 11 puncak dengan tinggi 1.500 kaki vertikal.

Weihanmayer yang masuk dalam daftar National Geographic Adventurer tahun 2015 ini mengatakan ingin melakukan panjat tebing dengan gaya bebas. “Rute East Buttress membuat saya yakin, dapat melakukannya (mencapai puncak) dalam satu hari,” ujar Weihanmayer.

Florine berperan sebagai pemimpin dalam pemanjatan ini. Setelah Florine mencapai bagian atas setiap puncak, ia akan mengarahkan tali untuk Weihenmayer. Mace yang memanjat tali Florine dan membenarkan pelindung. Kemudian, ia akan memberi petunjuk (secara verbal) pada Weihenmayer yang berada tak jauh darinya.

"Ini sungguh menegangkan melihat Erik memanjat," kata Florine. Bahkan dengan instruksi lisan langsung, ia masih harus menemukan tali penahan dengan tangannya. Ini merupakan hasil dari kekuatan dan keuletan. Florine melanjutkan, "Ia (Weihenmayer) terus memanjat dengan satu lengan terkunci, sementara tangan lainnya menyapu tebing,” jelas Florine.

Weihenmayer (48) mulai melakukan panjat tebing ketika ia masih remaja, tak lama setelah kehilangan penglihatannya karena retinoschisis.  Weihenmayer mengungkapkan bahwa sebaik apapun ia memanjat, takut jatuh tak pernah hilang dari benaknya. Bahkan ketika dia berada di ujung tali, cara yang relatif paling aman terhindar dari jatuh, ia takut terayun dan menghempas batu.

Bagaimanapun, rasa takutnya tak pernah menghalanginya mencapai puncak tebing. "Saya ingin terus mendaki selama saya bisa," kata Weihenmayer.