Membangkitkan Tradisi Batik Indonesia

By , Kamis, 6 Oktober 2016 | 16:00 WIB

Batik memiliki sejarah panjang di Indonesia, terutama di Pulau Jawa. Sejak abad ke-16, para penjelajah dari Eropa telah melaporkan adanya kain-kain bercat warna-warni di Jawa. Bahkan, ada yang berpendapat sejarah batik jauh lebih tua lagi.

Sebagai pusaka budaya Indonesia, batik menyimpan jejak sosial, budaya dan lingkungan di setiap lembarnya. Kekayaan budaya membuat ragam dan motif batik yang tersebar di Nusantara berbeda-beda bergantung pada daerah tempatnya dibuat.

Batik bukan sekedar seni lukis di atas media kain. Lebih dari itu, wastra nusantara ini telah menjadi identitas bangsa Indonesia. Batik Indonesia pun telah diakui sebagai warisan budaya dunia semenjak ditetapkan UNESCO pada tanggal 2 Oktober tujuh tahun silam. Tanggal penetapan itu, akhirnya diteguhkan sebagai Hari Batik Nasional oleh pemerintah Indonesia.

Para pengunjung menikmati pameran bertajuk "Selisik Batik Pesisir: Pameran dan Pasar Batik". Selain pameran juga diadakan talkshow, pemutaran film, diskusi dan pasar batik hingga 9 Oktober 2016 mendatang. (Rahmad Azhar/National Geographic Indonesia)

Untuk memperingati Hari Batik Nasional, harian Kompas dan Bentara Budaya Jakarta menghelat Selisik Batik Pesisir, Pameran dan Pasar batik, 4-9 Oktober 2016. Pameran ini merupakan puncak rangkaian liputan khusus Selisik Batik yang diterbitkan harian Kompas pada periode 29 Mei-25 September.

Dalam rangkaian acara ini, puluhan koleksi batik pesisir khas Tuban, Madura dan Bengkulu yang sebagian kisahnya pernah dimuat di harian Kompas dipamerkan untuk khalayak. Selain itu, pameran juga menampilkan karya jurnalistik cetak, multimedia dan konten digital Selisik Batik Kompas.

Tarian Madura persembahan Bentara Muda turut tampil dalam acara pembukaan "Selisik Batik Pesisir: Pameran dan Pasar Batik" yang diselenggarakan oleh Harian Kompas di Bentara Budaya Jakarta, 4 Oktober 2016. (Rahmad Azhar/National Geographic Indonesia)

“Batik bukan hanya bercerita tentang nilai filosofis kehidupan personal pebatiknya, tetapi juga akulturasi antar suku, budaya dan bangsa,” ujar Wakil Pemimpin Redaksi harian Kompas, Ninuk Mariana Pambudi dalam pembukaan acara Selisik Batik Pesisir, Pameran dan Pasar Batik di Bentara Budaya Jakarta pada Selasa 4 Oktober 2016.

Oleh karena itu, melestarikan batik bukan hanya dengan cara menggunakannya, tetapi juga memahami makna dan filosofi di balik motif dan ragam kain-kain cantik tersebut.

Selain pameran dan pasar batik, rangkaian acara ini juga mencakup talkshow seputar batik, bedah liputan khusus Selisik Batik dan pemutaran film dokumenter Selisik Batik yang menceritakan dinamika kebangkitan tradisi batik sebagai pusaka budaya Nusantara. 

“Kami berharap, liputan dan pameran ini dapat membuat masyarakat lebih memahami dan mencintai batik Indonesia,” pungkas Ninuk.