Satelit Pelacak Penyebab Kematian Paus Pembunuh

By , Rabu, 19 Oktober 2016 | 17:00 WIB

Paus pembunuh itu terpental di sekitar pantai dengan kedalaman 22 kaki. Zodiac, satu tim ilmuwan federal dengan senapan panah mencoba menancapkan satelit pelacak pada paus. Saat laut sudah tenang, mereka mendatangi lokasi orca di sepanjang Samudera Pasifik dekat perbatasan AS dengan Kanada. Namun, angin justru menghantam mereka, menyebabkan air berbalik kasar, satelit pelacak pada panah hilang dan tercebur ke dalam air.

Bulan Februari 2016 lalu, para ilmuwan bersama dengan National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) berusaha melekatkan pemancar satelit kecil ke Cetacea yang terancam punah, untuk melacak ke mana mereka pergi selama musim dingin, Ini dilakukan untuk mengetahui alasan populasi mereka yang tertekan.

Praktik pelekatan ini dilakukan dengan menembakkan anak panah ke paus. Anak panah berhasil tertancap pada orca jantan yang berusia 20 tahun, dikenal sebagai L95. Praktik ini dianggap rutin, hingga peristiwa kematian orca menjadikan anak panah itu tersangka utama.

Tim panel yang terdiri atas ilmuwan sepakat bahwa upaya untuk melampirkan satelit pelacak untuk L95 kemungkinan membuka jalan bagi infeksi jamur langka. Inilah yang menyebabkan mamalia yang terancam punah tersebut terbunuh, menyisakan 82 Orca pada populasi itu.

Kecelakaan dan temuan ini membuat ilmuwan paus terguncang. “NOAA sangat kecewa, salah satu pelacak mungkin terkait dengan alasan kematian paus ini," kata Richard Merrick, kepala peneliti.

Kecelakaan dan temuan ini membuat ilmuwan paus terguncang. “NOAA sangat kecewa, salah satu pelacak mungkin terkait dengan alasan kematian paus ini," kata Richard Merrick, kepala peneliti.

"Semua orang terpukul atas peristiwa ini, namun tidak ada yang terpukul lebih dari saya," kata Brad Hanson, pakar paus lainnya dari NOAA. Hanson lah yang memulai operasi penancapan satelit orca satu dekade lalu, dan sekarang ia mengawasi program ini.

Saat ini, NOAA menangguhkan pelacakan orca yang terancam punah. Mereka akan meninjau apakah metode pelacakan kurang invasif benar-benar diperlukan atau tidak. Mereka juga berencana mengadakan workshop khusus untuk 88 negara yang tergabung dalam Komisi Ikan Paus Internasional untuk membahas pelacakan paus di seluruh dunia.