Trenggiling merupakan hewan yang paling banyak diperdagangkan di dunia, dan semakin mendekati kepunahan oleh para pemburu.
Saat ini, total larangan perdagangan untuk semua spesies trenggiling sudah dimasukkan ke dalam Convention on the International Trade in Endangered Species (CITES) dalam KTT di Afrika Selatan dalam upaya mengamankan masa depan trenggiling bersisik ini.
Seluruh negara bagian dari 183 negara anggota CITES menyerukan suara bulat pada minggu lalu untuk melindungi trenggiling. Dengan larangan tersebut, meliputi negara-negara Asia dan Afrika yang merupakan wilayah makhluk tersebut hidup.
“Keputusan ini akan membantu memberikan trenggiling kesempatan berjuang untuk hidup,” kata Susan Lieberman dari Wildlife Conservation Society. “Dunia saat ini berdiri untuk hewan malang ini dengan melalui keputudan penting ini. Spesies ini perlu diberikan perlindungan ekstra dan sekarang mereka akan mendapatkannya.”
Larangan perdagangan terhadap daging dan kulit trenggiling ketat diberlakukan oleh CITES, mencakup semua delapan spesies dari trenggiling, empat dari Asia (India, Filipina, Sunda dan trenggiling Cina) dan empat spesies lainnya dari Afrika seperti trenggiling besar, pohon, tanah dan ekor panjang.
Para ilmuwan tidak yakin berapa banyak trenggiling yang tersisa di alam liar, tetapi dengan perkiraan 100.000 orang yang ditangkap setiap tahun karena perdanganan ilegal, peneliti mengganggap bahwa hewan ini menempati risiko kepunahan yang serius.
Para ilmuwan tidak yakin berapa banyak trenggiling yang tersisa di alam liar, tetapi dengan perkiraan 100.000 orang yang ditangkap setiap tahun karena perdanganan ilegal, peneliti mengganggap bahwa hewan ini menempati risiko kepunahan yang serius.
Dari delapan spesies trenggiling, keduanya terdaftar sebagai hewan terancam punah dalam IUCN Red List dari daftar spesies yang terancam, dengan dua spesies dianggap terancam, dan empat lainnya didefinisikan dalam kelas rentan punah.
Trenggiling hidup di pohon berlubang atau liang dengan makanan utamanya ialah semut dan rayap. Sayangnya untuk kelangsungan hidup mereka, mereka tidak sulit untuk ditangkap, karena mereka hanya akan menggulung diri mereka ketika mereka merasa terancam.
Dengan taktik tersebut, mungkin dapat melindungi mereka dari ancaman predator alami, karena pelindung yang menutupi tubuh mereka, namun hal tersebut tidak banyak membantu mereka ketika sedang menghadapi pemburu .
Pemburuan terhadap hewan trenggiling bukanlah satu-satunya masalah bagi trenggiling, karena banyak habitatnya yang berada di bawah ancaman dari deforestasi. Namun, pemburuan yang dilakukan oleh manusia dan perdagangan dari daging dan sisiknya jauh lebih berbahaya.