Sekitar 14 kilometer dari gunung berapi Maasai atau yang disebut dengan “gunung para dewa”, peneliti telah menambah susunan sebuah penemuan langka : satu set jejak kaki manusia besar yang telah diawetkan oleh lumpur antara 5,000 dan 19,000 tahun yang lalu.
Lebih dari 400 jejak kaki yang luasnya lebih besar dari lapangan tenis tertutup oleh lumpur dari Engare Sero, yang berada di bagian selatan pantai Danau Natron Tanzania.Tidak ada situs lain yang berada di Afrika yang memiliki jejak kaki Homo sapienssebanyak ini dan menjadikan lokasi ini seolah-olah seperti harta karun bagi para peneliti untuk menceritakan sejarah awal peradaban manusia.
Beberapa jejak memperlihatkan bahwa orang-orang berjalan melalui kotoran, dengan kecepatan tetap 12 menit/mil . Sedangkan jejak kakinya memperlihatkan kaki seseorang yang agak aneh, dengan keadaan jempol kaki yang terluka.
Namun banyak juga jejak yang menunjukkan bahwa sekitar belasan orang, yang sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak, melintasi lumpur bersama-sama kearah barat daya. Lumpur dapat teridentifikasi karena terdapat tetesan koran yang jauh dari langkah kaki mereka sesaat ketika mereka melangkah.
“Saat pertama kali kami pergi kesana, saya keluar dari kendaraan dan saya meneteskan air mata sejenak,” kata Cynthia Liutkus-Pierce, seorang ahli geologi dari Appalachian State University dan pemimpin penelitian dari national geographic.
“”Asal-usul manusia adalah hal yang sangat penting bagi saya, dari mana kita berasal dan mengapa kita, dan siapa kita. Hal tersebut tentunya sangat menjadi emosional untuk melihat sejarah keberadaan kita.”
Jalur Engare Sero menambah sebuah daftar jejak kaki manusia eksklusif yang telah diuji selama ini. Seperti situs Willandra Lakes yang berada di Australia, memiliki 700 fosil jejak kaki yang terbuat sejak 20,000 tahun yang lalu. Dan kemudian kedua situs pesisir pantai di Afrika selatan memiliki jejak kaki Homo saphiens sejak 120,000 tahun yang lalu.
Tidak ada situs lain yang berada di Afrika yang memiliki jejak kaki Homo sapiens sebanyak ini dan menjadikan lokasi ini seolah-olah seperti harta karun bagi para peneliti untuk menceritakan sejarah awal peradaban manusia
Laetoli, sebuah situs di Tanzania yang berada sekitar 96 km ke barat daya Engare Sero, memiliki jejak kaki berusia 3,6 juta tahun lalu yang kemungkinan berasal dari manusia purba keturunan Australopithecus afarensis, menurut sebuah penelitian National Geographic Society sebelumnya.
Engare Sero menjadi tempat yang menarik karena memiliki kelimpahan dan keragaman jejak kaki yang menawarkan potret terinci tentang seperti apa kehidupan nenek moyang kita di Afrika.
“Ini adalah situs yang sangat rumit,” kata Willuam Harcourt-Smith, seorang ahli paleontropologi dari University of New York Cit, salah satu anggota dari tim Liutkus-Pierce. “Terdapat satu daerah dimana terdapat begitu banyak jejak kaki, dan kami juluki sebagai ‘ruang dansa’, karena saya belum pernah melihat begitu banyak jejak kaki dalam satu tempat, sungguh luar biasa.”
Situs Engare Sero dan para peneliti yang menggali situs tersebut berhutang banyak pada Ol Doinyo Lengai, Gunung berapi yang membanyangi Danau Natron. Gunung setinggi 2.331 meter diatas permukaan laut yang dikenal dengan warna larva yang keperakkan, adalah tempat ziarah untuk para pastoralis Maasai, yang biasanya melakukan perjalanan ke sana untuk memohon kepada dewa Engai agar hujan turun, ternak dan keturunan.
Liutkus-Pierce dan timnya berpikir bahwa jejak kaki yang asli sudah tertimbun oleh lumpur abu yang disebabkan oleh lava dari gunung Ol Doinyo Lengai. Dalam hitungan jam ke hari, permukaan lumpur ini akan kering dan kemudian aliran lain dari puing-puing kemudian mengubur jejak kaki setidaknya sejak 10.000 hingga 12.000 juta tahun yang lalu.
Warga lokal Kongo Sakkae, menemukan beberapa jejak kaki sebelumnya pada 2006, namun situs tersebut tidak mendapat perhatian dari para ilmuwan hingga 2008, ketika seorang konservasionis Jum Brett kebetulan sedang berkemah di Lake Natron Tented Camp, yang hanya beberapa ratus meter dari jejak kaki.
Awalnya, Liutkus-Pierce dan kelompokknya berpikir bahwa lumpur yang menangkap jejak kaki terbentuk dari abu yang menghujani wilayah tersebut setelah Ol Doinyo Lengai meletus. Jika itu benar, berarti abu tersebut memiliki usia yang sama dengan jejak kaki tersebut, dan usia tersebut diperkirakan sekitar 120.000 tahun. Kelompok ini mengumumkan perkiraan usia penemuan itu pada sebuah konferensi pada 2011 yang menghasilkan sebuah kabar gembira namun juga beberapa perdebatan penafsiran.
Saat ini, para peneliti telah menerbitkan hasil penelitian mereka mengenai Engare Sero yang berisi tentang 24 jalur,kemungkinan jalur ke pejalan kaki dan beberapa kelompok yang berisi lebih dari belasan orang yang berkelana secara berkelompok.