Perubahan Iklim, dapat menimbulkan dampak yang luar biasa bagi katak tropis dibandingkan dengan deforesasi
Perubahan iklim dan penggunaan lahan diperkirakan dapat mengurangi daerah layak huni bagi katak tropis karena semakin sering speseies ini menghadapi suhu yang cukup panas, dapat membahayakan perilaku reproduksi dan fisiologi mereka.
Perubahan iklim, bagaimanapun dapat menimbulkan kekuatan yang paling destruktif, menurut sebuah penelitian terbaru yang melibatkan peneliti dari UC Berkeley.
Para peneliti menemukan bahwa penurunan jumlah katak di wilayah yang cocok secara termal dari perubahan iklim bisa sampai 4,5 kali lebih besar dari penurunan yang disebabkan oleh perubahan lahan saja, seperti konversi hutan menjadi pertanian.
Tidak seperti manusia. Katak mengandalkan sumber eksternal untuk mengatur suhu tubuh mereka, sehingga ketika mereka tidak dapat menjaga suhu tubuh mereka dibawah batas suhu maksimum, mereka tidak mungkin dapat mendukung populasi katak.
“Data lapangan kami dan percontohan selanjutnya menunjukkan bahwa katak lebih mampu menahan peningkatan suhu dan memiliki kesempatan yang lebih baik untuk bertahan di dunia yang cepat berubah,” kata Kurz.
Dalam penelitian ini, soerang mahasiswa dari UC Berkeley Ph.D melakukan perjalanan ke Kosta Rika dan melakukan survei terhadap tiga jenis tutupan lahan, yakni fragmen hutan, pusat perkebunan sawit, dan padang rumput (beberapa katak dapat hidup di daerah penelitian tersebut).
Setelah melakukan sebanyak 400 survei, Kurz dan penulis utama Justin Nowakowski seorang peneliti posdoctoral dari UC Davis mengidentifikasi katak mampu bertahan di daerah pertanian.
Dari data tersebut dan data mengenai kemampuan katak mentolelir termal, tim peneliti, termasuk ilmuwan dari John Carroll University, Zoo Miami dan Florida International University mencontohkan pergeseran pemandangan termal dari katak untuk menentukan berapa banyak daerah habitat yang sesuai selama 80 tahun kedepan untuk para katak dengan perbedaan tolerensi termal.
“Data lapangan kami dan percontohan selanjutnya menunjukkan bahwa katak lebih mampu menahan peningkatan suhu dan memiliki kesempatan yang lebih baik untuk bertahan di dunia yang cepat berubah,” kata Kurz.
Para peneliti menemukan bahwa spesies katak yang dapat hidup secara eksklusif di hutan yang paling sensitif hingga suhu tertinggi terbentuk dari kombinasi antara perubahan iklim dan konversi hutan.