Salamander air yang berbentuk aneh dan menggemaskan yang disebut axolotl sudah menarik perhatian bagi para kolektor dan ilmuwan selama berabad-abad.Namun saat ini keberadaan dari hewan menggemaskan tersebut telah berkurang di habitat aslinya yang berada disekitar Mexico City.
Keberadaan salamander unik ini semakin terbatas yang saat ini hanya berada di beberapa kanal di sekitar Mexico City, disebabkan oleh pembangunan dan polusi, para ilmuwan juga telah memperingatkan bahwa hewan ini akan punah sepenuhnya pada 2020, menurut sebuah artikel dalam Edisi National Geographic Magazine-Latin America.
Dihormati oleh suku Aztec, axolotl (Ack-suh-LAH-tuhl) adalah salamander yang tidak seperti salamander pada umumnya, makhluk ini memiliki kemampuan luar biasa untuk mengembalikan bagian tubuh yang hilang.
Salamander ini membangun sarang di danau yang berada di cekungan Tenochtitlan, di mana Mexico City saat ini berdiri. Namun selama berabad-abad, banyak danau yang telah dialihkan dan diaspal. Polusi yang berjalan dari tanah sudah membunuh banyak kehidupan air, seperti spesies invasif seperti nila dan ikan merah, axolotl dan makhluk asli lainnya.
Pada 1992, Pemerintahan Meksiko mengambil tindakan, dengan mendirikan Ejidos de Xochimilco dan San Gregorio Atlapulco untuk melindungi area alami dan mencoba menjaga apa saja yang tersisa dari habitat axolotl. Wilayah ini juga sudah dianggap sebagai situs warisan dunia UNESCO dan Ramsar Wetland of International Importance.
Namun, selama beberapa tahun terakhir, salamander ini masih terun menunjukkan penurunan yang diakibatkan oleh polusi yang sedang terjadi. Demi menjaga jumlah keberadaan salamender ini, para ilmuwan telah melakukan perkembang biakan salamender di dalam penangkaran. Axolotl bereproduksi relatif cepat, namun tantangan sebenarnya akan dimulai ketika binatang yang telah dikembang biakkan kembali ke habitat mereka yang terganggu.
Dihormati oleh suku Aztec, axolotl (Ack-suh-LAH-tuhl) adalah salamander yang tidak seperti salamander pada umumnya, makhluk ini memiliki kemampuan luar biasa untuk mengembalikan bagian tubuh yang hilang.
Penurunan jumlah keberadaan salamender ini menjadi perhatian besar bagi beberapa penduduk lokal yang masih melihat hewan ini sebagai bagian penting dari warisan budaya mereka.
“Legenda mengatakan pada kita seperti ini, ketika axolotes punah, kita juga akan punah bersamanya,” kata seorang petani lokal Pedro Méndez mengatakan pada National Geographic Magazine-Latin America.
Axolotl begitu dicintai di Meksiko bahkan hewan itu digunakan sebagai metafora dari identitas nasional oleh ahli Antropolog Roger Bartra dalam bukunya La Jaula de la Melancolia (The Cage of Melancholy).
Untuk memperluas habitat hewan, para ilmuwan juga bekerja sama dengan masyarakat setempat untuk merevitalisasi tradisi pertanian kuno di lahan basa pada struktur yang berawal dari pulau terapung.Teknik pertanian organik menciptakan habitat yang baik bagi salamender, dan juga membantu penyaringan air untuk kota. Struktur tersebut yang disebut juga dengan Chinampa, dibangun menggunakan tumbuhan air dan kayu yang terhubung dengan lumput dari dasar danau.
Tetapi untuk kembali ke sistem seperti ini tidaklah hal yang mudah, demikian laporan National Geographic Magazine edisi Amerika Latin. Beberapa anak muda di kawasan tersebut tampak tertarik pada pertanian dengan cara-cara lama, sedangkan beberapa petani lainnya telah menggunakan bahan kimia dalam bertani, membangun rumah kaca, atau menutup kanal.
“Untuk menjaga axolotl berarti menyelamatkan lingkungannya pula, hal tersebut dapat membantu memulihkan air, menyelamatkan spesies axolotl, serta menjaga chinampa, alam dan pohon-pohon,” kata Méndez. “Tetapi, jika kita tidak menyelamatkan diri, axolotl pun tidak akan terselamatkan.”