Hamemayu Hayuning Bawana, Pesan Indonesia untuk Dunia

By , Jumat, 14 Oktober 2016 | 16:00 WIB

Pertunjukan tari kolaborasi bertajuk “Hamemayu hayuning buwana” yang disuguhkan oleh peserta International Folk Dance Festival (IFDF) bersama seniman lokal berhasil membius para peserta World Culture Forum (WCF) 2016 dalam acara penutup gala dinner di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Nusa Dua, Rabu (12/10).

Hamemayu Hayuning Bawana merupakan filosofi kehidupan dari kebudayaan Jawa. Frasa ini memiliki makna “Memperindah keindahan dunia”, atau bisa juga diartikan sebagai upaya melindungi keselamatan dunia baik lahir maupun batin.

“Pesan tarian ini, kita sebagai makhluk Bumi, sebaiknya menjaga tempat kita hidup dan berpijak, serta memelihara lingkungan dan hubungan antar sesama,” ujar Bimo Wiwohatmo, koreografer tarian.

Bimo Wiwohatmo (tengah), koreografer tari Hamemayu Hayuning Bawana diapit para penarinya. Untuk komposisi tari Hamemayu Hayuning Buwana, ia mencuplik gerakan-gerakan dari tarian rakyat dari berbagai negara, kemudian menggabungkannya menjadi gerakan universal. (Lutfi Fauziah/National Geographic Indonesia)

Ada sekitar 156 penari dari 14 negara yang berpartisipasi dalam tarian itu. Negara-negara tersebut antara lain Bulgaria, Rusia, Latvia, Polandia, Republik Ceko, Italia, Taiwan, Uzbekistan, Slovakia, Kazakhstan, Thailand, Argentina, Yunani dan Indonesia.

“Kita sama-sama di Bumi, tidak ada pengkotak-kotakan. Kotak-kotak itu hanya sekedar nama, tapi pada hakikatnya kita semua sama."

Meskipun berasal dari latar belakang budaya yang berbeda, seluruh penari mampu melebur dan menyatu dan menampilkan gerak-gerak nan harmonis. Padahal mereka hanya punya waktu lima hari untuk mempersiapkan tarian tersebut.

Gerakan-gerakan dalam tarian, menurut Bimo merupakan cuplikan dari beberapa etnik yang ada. Kemudian semuanya dirangkai menjadi satu gerakan yang universal sehingga semua penari bisa mengikuti.

Ia mengatakan, tantangan terbesar dalam merancang tarian ini adalah masalah bahasa. Sebab, ada beberapa peserta yang Bahasa Inggrisnya terbatas. “Tetapi semuanya bisa diatasi. Kesenian 'kan nggak pakai bahasa verbal tapi bahasa tubuh sehingga dapat dengan mudah disesuaikan,” lanjutnya.

Pada babak terakhir tarian, para penari membentuk lingkaran besar sembari bergandengan tangan. Bimo menuturkan bahwa makna gerakan terakhir tersebut adalah persatuan, yang dilambangkan dengan lingkaran tanpa ujung maupun pangkal. “Kita sama-sama di Bumi, tidak ada pengkotak-kotakan. Kotak-kotak itu hanya sekedar nama, tapi pada hakikatnya kita semua sama,” ujar Bimo.

Nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Hamemayu Hayuning Bawana inilah yang ingin dibagikan Indonesia, selaku tuan rumah WCF 2016 kepada masyarakat dunia.