Berkat Burung Langka, Hutan Brasilia Terselamatkan

By , Selasa, 18 Oktober 2016 | 14:00 WIB

Manusia terkadang harus melewati jalan hidup berliku sebelum menemukannya jalan yang tepat. Pada akhirnya, Anita Studer berhasil menemukan jalurnya, ia mulai menanam pohon. Studer membantu program reboisasi dan pelestarian hutan hujan tropis Pedra Talhada, Brasilia.

“Alih-alih hutan yang ditebangi, justru banjirlah yang meyakinkan warga bahwa reboisasi itu penting,” ujar Studer

Studer telah menunaikan kewajiban pendidikan di SMK dan sekolah hukum. Ia pernah menjadi pelayan bahkan supir taksi. Warga asli Swiss ini mulai mengejar gelar sarjana di bidang ornitologi (cabang zoologi yang mempelajari burung) dan karir akademik.

Pada tahun 1981 Studer melakukan perjalanan ke Pedra Talhada. Ia terpesona dengan burung hitam Forbes (Curaeus forbesi). Burung ini masuk dalam daftar satwa yang terancam punah karena deforestasi besar-besaran dari habitatnya.

Seorang penasihat akademik memberitahu Studer bahwa burung kecil berekor panjang ini cukup dikenal di Brasilia, mereka menyebutnya Anumara. Menurut Studer burung ini akan menjadi topik disertasi yang bagus, namun ia mesti bertindak cepat, karena hutan habitat burung kemungkinan akan hilang dalam satu dekade. Selain itu, burung termasuk dalam daftar spesies asli dari Atlantic Forest, Brasilia, yang terancam punah.

“Kenyataan itu seperti tamparan tepat di wajah saya, yang akhirnya mengubah hidup saya,” ujar Studer

Studer mendapatkan pencerahan bahwa dengan menyelamatkan hutan, maka ia akan memiliki waktu untuk mempelajari burung.

"Orang-orang bilang kau tidak bisa menyelamatkan hutan, tetapi semakin mereka mengatakan kepada saya, semakin saya ingin melakukannya," kenang Studer, ia merupakan salah satu penerima Rolex Awards.

"Sebagai seorang ilmuwan muda, bagaimana saya bisa mempelajari sesuatu yang akan hilang? Mungkin ada beberapa ratus burung yang tersisa, tetapi, mereka adalah satwa yang perlu untuk bertahan hidup." kata Studer.

Studer mengajar biologi tentang pembibitan pohon di desa Quebrangulo, Brasil. (Marc Latzel / Rolex Awards via National Geographic)

Studer segera mengorganisir upaya penanaman bibit pohon. Ia menanam bibit-bibit pohon asli Pedra Talhada. Lalu, siapa petaninya? Anak-anak lokal dari desa Quebrangulo. Mereka diberdayakan dan tergabung dalam klub pohon. 

Awalnya cukup sulit membujuk pemilik tanah untuk menanami kembali tanahnya, karena mereka hanya melihat dari sisi kehilangan penghasilan. Hingga banjir melanda wilayah, menghancurkan lebih dari 150 rumah. Peristiwa itu merupakan konsekuensi dari penggundulan hutan dan erosi tanah.

“Alih-alih hutan yang ditebangi, banjirlah yang meyakinkan orang-orang bahwa reboisasi itu penting,” ujar Studer.

Salah satu usaha lobi Studer, yakni ketetapan pemerintah Brasilia atas tanah seluas 11.000 hektar di Pedra Talhada sebagai cadangan biologis pada tahun 1989. Ia memastikan perlindungan hutan dari penebangan komersial, pertanian, dan penggembalaan ternak.

Studer merekrut donatur kemudian mendirikan Nordesta Reforestation and Education Association yang berbasis di Jenewa. Lembaga ini lah yang mengurusi pembiayaan operasional, menyiapkan program kesadaran lingkungan, dan mengembangkan proyek-proyek pendidikan pohon atau hutan.

Selama 30 tahun sejak pekerjaan konservasinya dimulai, Studer mengatakan enam juta pohon telah ditanam di seluruh Brasilia, termasuk di koridor 15-kilometer yang dikenal sebagai Hutan Swis. Sejumlah 10.000 anak telah bergabung dalam klub pohon. Kabar baik lainnya adalah, jumlah burung hitam Forbes terus meningkat.

"Kalau bukan karena burung hitam Forbes, saya bisa saja menjadi salah satu ahli burung terbaik di Brasil, namun melindungi hutan jauh lebih penting daripada karir yang baik." Kata Studer.