Dilema Fotografer Alam Liar

By , Jumat, 21 Oktober 2016 | 10:00 WIB

Fotografer alam lair dan ahli biologi laut Paul Nicklen bersama dua asistennya baru saja selesai menyelam untuk survei ekologi di lepas pantai Kota Vancouver, British Columbia. Ketika berada di dalam kapal yang bergerak menuju pantai, mereka menyaksikan seekor elang botak berjibaku menyelamatkan diri di air, dan dibombardir oleh serangan elang lain.

Elang biasa berselisih karena makanan atau teritori, terkadang hingga menyebabkan pertempuran sengit di udara dan pada saat itu, salah satu elang terdesak hingga jatuh ke air. Ketika Nicklen dan timnya menyaksikan, elang tersebut mulai tersapu ombak dan terus menjadi target serangan lawannya.

Elang yang terluka dalam pertempuran jatuh ke air dan mulai tersapu ombak. (Paul Nicklen)

“Elang itu semakin lelah dan sepertinya bisa mati dalam waktu singkat,” kata Nicklen. Tahu bahwa mereka masih berjarak 1,5 mil jauhnya dari pantai, tim menghadapi dilema untuk mengambil keputusan: haruskah mereka turun tangan?

“Saya punya pandangan praktis terhadap irama alami kehidupan,” kata Nicklen. Lantas ia melanjutkan, “Jika berada dalam situasi predator yang menyerang mangsa, tak peduli seberapa pun memilukannya hal itu, Anda harus jauh-jauh dari sana.”

Melihat tidak adanya keuntungan nyata atau gangguan ekosistem yang akan terjadi ketika burung dibiarkan tenggelam, Nicklen dan timnya memutuskan untuk menyelamatkan elang tersebut. (Paul Nicklen)

Dalam fotografi, begitu juga dalam kehidupan, ikut campur dalam proses alamiah di alam liar bukan ide bagus. Sebab, kesejahteraan hewan dan keseimbangan ekosistem harus diutamakan. Jadi, ketika dihadapkan pada salah satu situasi ini, Nicklen membuat membuat penilaian berdasarkan kasus per kasus.

Keputusan untuk menyelamatkan elang adalah reaksi emosional, katanya. Melihat tidak adanya keuntungan nyata atau gangguan ekosistem yang akan terjadi ketika burung dibiarkan tenggelam, Ia pun mendiskusikannya dengan timnya. Nicklen sadar betul bahwa seluruh tim harus sepakat jika ingin menyelamatkan elang tersebut. Tanpa ragu-ragu, timnya menyetujui usulan Nicklen.

Setelah berhasil menyelamatkan elang yang hampir tenggelam, Nicklen dan timnya melepaskan hewan malang tersebut di tepi pantai. (Paul Nicklen)

Mengangkat elang ke dalam kapal bukan perkara mudah, sebab hewan tersebut memiliki cakar dan paruh yang amat kuat. Untungnya, ketika asisten Nicklen mengangkatnya dari air dan membawanya ke kapal, elang tersebut tetap tenang selama perjalanan.

Nicklen dan timnya kemudian meletakkan elang tersebut di tepi pantai. Ketika kembali ke tempat itu sejam kemudian, mereka tak menemukan elang tersebut di sana.