Sindrom Rapunzel, Ketika <i>Hairball</i> Terjebak dalam Perut

By , Minggu, 30 Oktober 2016 | 10:00 WIB

Jika mendengar kata ‘Rapunzel’ mungkin yang terlintas dalam benak kita adalah tokoh dongeng berwujud gadis berambut super panjang yang diasuh oleh penyihir jahat dan tinggal di menara nan tinggi.

Diilhami dari nama tokoh dongeng tersebut, sindrom Rapunzel digunakan sebagai sebutan untuk kondisi medis aneh ketika rambut-rambut yang dimakan seseorang menggumpal dan terjebak dalam perutnya. Gumpalan ini kemudian membentuk hairball, yang memiliki ‘ekor’ memanjang hingga ke usus kecil.

Pasien sindrom Rapunzel biasanya mengeluh sering mengalami nyeri perut, mual dan muntah. Gejala lainnya termasuk perut kembung, nafsu makan berkurang, berat badan menurun, sembelit atau diare. Dalam beberapa kasus langka, ujung-ujung rambut yang cukup tajam menusuk usus hingga menyebabkan sepsis (infeksi darah).

Sindrom Rapunzel lebih sering dialami oleh perempuan dibanding laki-laki, karena rambut perempuan lebih panjang, sehingga lebih mudah terperangkap dalam selaput lendir di lapisan perut. Semakin banyak rambut yang dikonsumsi, akan semakin sulit dicerna dan hairball pun semakin besar.

Mengapa ada orang yang gemar makan rambut?

Ada dua gangguan psikiatrik tertentu yang membuat seseorang jadi gemar mengkonsumsi rambut, yaitu trikotilomania dan pica. Penderita  trikotilomania, memiliki dorongan yang kuat untuk mencabut rambut mereka kemudian memakannya. Penderita gangguan psikiatrik ini juga merasa nyaman dan santai ketika menggigit-gigit rambut atau menyapukannya ke bibir mereka. Penderita trikotilomania merupakan orang-orang yang paling berisiko terkena sindrom Rapunzel.

Sedangkan pica merupakan gangguan yang mendorong seseorang memakan benda-benda non makanan, seperti tanah liat, kotoran, kertas, sabun, kain, wol, kerikil dan rambut. Pada dasarnya, Pica tidak didiagnosis pada bayi atau balita, karena memasukkan benda-benda non makanan dianggap sangat normal pada usia ini. Gangguan ini lebih sering didiagnosis pada anak-anak, wanita hamil dan orang-orang yang mengalami autisme.

Kedua gangguan ini biasa ditemukan pada orang-orang yang mengalami kekurangan zat besi. Dalam beberapa kasus sindrom Rapunzel, perilaku mencabut dan memakan rambut berhenti setelah penderitanya menerima pengobatan atas kekurangan zat besi atau penyakit seliak.

Penyakit seliak menyebabkan kerusakan pada usus kecil, sehingga berakibat pada buruknya proses penyerapan nutrisi. Rambut mengandung jejak unsur-unsur besi dan mineral lain, tetapi belum jelas apakah hal ini mendorong respon biologis untuk memakan rambut. Studi kasus lain menemukan, penyerapan nutrisi yang buruk justru disebabkan oleh pemblokiran oleh hairball.

Cara pengobatan

Pada sebagian besar kasus, pembedahan diperlukan untuk mengeluarkan hairball. Selain dengan pembedahan, pengobatan bisa dilakukan dengan melarutkan hairball dengan bahan kimia, memecahnya jadi potongan-potongan kecil dengan laser, atau menyingkirkannya melalui selang yang dimasukkan dari mulut ke dalam perut (endoskopi). Namun, metode-metode ini pada umumnya tak selalu sesukses pengobatan dengan pembedahan.

Selain pengobatan fisik, pengobatan psikologis sangat direkomendasikan untuk mencegah perilaku makan rambut yang kompulsif terulang kembali. Pengobatan ini penting khususnya untuk pasien penderita trikotilomania atau stres terkait pica, karena mereka sangat berisiko mengalami sindrom Rapunzel kembali. Selain itu, yang tak kalah penting ialah melibatkan  seluruh anggota keluarga dalam pengobatan psikologis ini untuk mendukung pasien sehingga proses penyembuhan bisa lebih cepat.