Kerikil batu sederhana berwarna kecokelatan yang ditemukan oleh pemburu fosil bernama Jamie Hiscocks lebih dari satu dekade silam di Sussex, telah dikonfirmasi sebagai sampel pertama fosil jaringan otak dinosaurus. Fosil otak yang kemungkinan berasal dari spesies terkait dengan Iguanodon, dinosaurus herbivora besar yang hidup pada Periode Cretaceous Awal, sekitar 133 juta tahun yang lalu.
Penemuan fosil jaringan lunak terutama otak, sangat jarang, sehingga membuat para peneliti kesulitan memahami sejarah evolusi jaringan tersebut. "Kemungkinan mengawetkan jaringan otak sangat kecil, karena itulah penemuan spesimen ini menakjubkan," kata rekan penulis Dr Alex Liu dari Departemen Ilmu Bumi University of Cambridge.
Menurut peneliti, jaringan otak dinosaurus terawetkan dengan baik karena terperangkap dalam lingkungan cair dengan tingkat keasaman tinggi dan rendah oksigen—seperti rawa—sesaat setelah kematiannya. Kondisi ini memungkinkan jaringan lunak termineralisasi sebelum membusuk sepenuhnya, sehingga bisa terawetkan dengan baik.
“Perkiraan kami, dinosaurus ini mati di dalam atau di dekat badan air, dan kepalanya sebagian terbenam di lapisan sedimen di bagian dasar,” kata David Norman, peneliti dari University of Cambridge.
“Karena air hanya mengandung sedikit oksigen dan sangat asam, jaringan lunak otak kemungkinan sudah terawetkan bahkan sebelum seluruh tubuhnya terbenam di lapisan sedimen,” tambahnya.
Hasil identifikasi dengan menggunakan teknik pemindaian mikroskop elektron menunjukkan struktur fosil otak dan khususnya meninges (sistem membran yang melapisi sistem saraf pusat) memiliki kesamaan dengan otak keturunan dinosaurus era modern, yaitu burung dan buaya.
Pada reptil tertentu, otak berbentuk seperti sosis, dikelilingi oleh wilayah padat pembuluh darah dan ruang vaskular berdinding tipis (sinus) yang berfungsi sebagai sistem drainase darah. Otak itu sendiri hanya memakan ruang sekitar setengah dari rongga tengkorak.
Sebaliknya, jaringan fosil otak ini tampaknya telah ditekan dan berdempetan langsung dengan tengkorak, meningkatkan kemungkinan bahwa beberapa dinosaurus memiliki otak besar yang memenuhi rongga tengkorak.
“Karena kami tidak dapat melihat lobus otak itu, kami tidak dapat memastikan seberapa besar otak dinosaurus ini. Sangat mungkin dinosaurus tersebut memiliki otak yang lebih besar daripada perkiraan, tetapi kita tidak bisa menyimpulkannya hanya dari spesimen ini saja,” pungkas Norman.