Gempa Terbaru di Italia Memiliki Akibat yang Mengerikan dalam Jangka Panjang

By , Senin, 31 Oktober 2016 | 13:00 WIB

Sebuah gempa berkekuatan 6,6 skala Richter mengguncang Italia pada Minggu pagi, dan hal ini dipercaya sebagai gempa terkuat yang pernah melanda bangsa dalam beberapa dekade.

Gempa yang terjadi pada sekitar 07:40 waktu setempat berpusat dekat dengan Norcia, sebuah kota di wilayah Perugia sekitar 150 kilometer timur laut Roma. Gempa susulan dilaporkan sejauh Venesia. Gempa tersebut meruntuhkan beebrapa gedung namun tidak ada kematian yang dilaporkan, banyak masyarakat yang telah dievakuasi (hingga kini sebanyak 25.000) setelah area tersebut megalami gempa susulan yang memiliki kekuatan yang lebih rendah.

Perdana Menteri Italia Matteo Renzi menyebut gempa tersebut adalah gempa terkuat sejak Irpinia, sebuah gempa bumi berkekuatan 6,9 SR di Italia Selatan pada November 1980 yang menewaskan sekitar 3.000 jiwa.  Sebuah gempa bumi yang sebanding (6,2 SR) melanda wilayah tersebut pada bulan Agustus dan menewaskan lebih dari 3.000 orang.

Meskipun kerusakan yang disebabkan oleh gempa bumi terbaru kurang signifikan dibandingkan oleh gempa yang terjadi pada Agustus, tremor-tremor tersebut masih diartikan sebagai bencana bagi wilayah tersebut.

Penyebab gempa bumi telah dikenal baik. Kesalahan yang terjadi melalui Italia bergerak terpisah dengan kecepatan tiga milimeter per tahun. Hal ini menyebabkan ketidakamanan pada setiap lempeng, sebagaimana yang disebabkan oleh gempa terbaru yang terjadi.

Gempa Agustus merusak dua lempeng di dekatnya, Laga dan Vettore.

Gempa bumi terbaru telah merusak bagian lempeng dari Vettorre, tetapi masih harus dilihat lebih lanjut seberapa dalam kerusakan yang telah disebabkan.

Jika getaran terbaru telah merusak bagian yang lebih dalam dari posisi lempeng, tingkat kerusakan kemungkinan tidak terlihat jelas di permukaan.

“Hal ini kemungkinan akan kita sebut sebagai ‘segmentasi kedalaman’ di mana bagian dangkal akan diikuti oleh bagian yang lebih dalam. Dan hal ini berarti Anda dapat mengalami gempa bumi yang lebih sering terjadi pada lempeng yang sama,” kata Dr. Richard Walters, seorang dosen Ilmu Bumi di Durham University di Inggris pada BBC.

Para ahli memonitor wilayah yang mengalami perubahan. Mereka akan mengambil beberapa gambar satelit dan membandingkannya dengan gambar sebelum terjadinya gempa dalam upaya untuk menentukan apa yang terlah terjadi dalam setiap pergeseran geologi utama.

Jika lempeng tersebut sudah rusak pada tingkat yang lebih dalam, jumlah gempa bumi dapat meningkat secara dramatis.