Di antara banyak perubahan kesehatan yang berhubungan dengan ruang, angkasa, astronot NASA sering melaporkan mengalami nyeri punggung saat berada di orbit dan ketika mereka kembali ke bumi. Dokter mempercayai. Keluhan ini berhubungan dengan perubahan cakram intervertebralis astronot. Cakram membuat bantalan antar tulang, dan perubahan bentuk dan ukuran mereka dapat mempengaruhi tulang belakang.
"Awak NASA memiliki risiko 4,3 kali lebih tinggi megalami hernia intervertebralis, dibandingkan dengan populasi penerbang umum dan militer," jelas penulis utama Dr Douglas Chang, dari Universitas California, San Diego.
Risiko tertinggi terjadi selama tahun pertama setelah misi. Paparan gaya berat mikro selama durasi penerbangan menghasilkan sekitar 2 inci (5 cm) pemanjangan tinggi badan, nyeri tulang belakang, dan deconditioning skeletal.
Penelitian ini dilakukan pada enam astronot NASA. Kondisi mereka dipelajari sebelum dan sesudah menghabiskan waktu selama 4-7 bulan dalam kondisi minim gravitasi di Stasiun Antariksa Internasional (ISS). Setiap astronot melakukan tes pemindaian MRI tulang sebelum misi dan pasca pendaratan, kemudian 33-67 hari setelah mendarat.
Berdasarkan hasil scan MRI para astronot atrofi terjadi signifikan pada paraspinal massa otot (yang memainkan peran penting dalam mendukung tulang belakang dan gerakan) selama astronot berada di ruang angkasa. Otot fungsional, luas penampang otot paraspinal lumbal menurun rata-rata 19% dari sebelum dan sesudah misi. Satu atau dua bulan kemudian, hanya sekitar dua-pertiga dari pengurangan kembali pulih.
Latihan penguatan seperti pada pasien dengan nyeri punggung di Bumi, mungkin bisa menjadi tambahan berguna bagi program pelatihan astronot pelatihan. Yoga juga bisa menjadi alternatif pendekatan yang menjanjikan, terutama untuk mengatasi kekakuan tulang belakang dan mengurangi mobilitas.
Penelitian ini di publikasi dalam jurnal Spine