Berdasarkan laporan terbaru pengawas jaringan perdagangan satwa liar atau biasa dikenal dengan TRAFFIC, manusia membunuh ratusan macan tutul salju setiap tahunnya. Mereka melakukan ini sebagai "pembalasan" atas serangan-serangan macan tutul salju pada hewan ternak.
Kucing langka yang seringkalli dijuluki mountain ghosts atau hantu gunung ini biasa berkeliaran di pegunungan tinggi Asia Tengah. Populasi macan tutul salju diperkirakan memiliki tingkat bervariasi.
“Tapi kita harus bertindak cepat dan meningkatkan model konservasi yang baik untuk benar-benar mendapatkan keuntungan bagi macan tutul salju dan masyarakat gunung," pungkas Sharma.
Hingga saat ini, sedikitnya 4.000 macan tutul salju mungkin masih berada di alam liar, merujuk rilis berita dari TRAFFIC yang juga upaya bersama dari World Wildlife Fund (WWF) dan Uni Internasional untuk Konservasi Alam. Namun, kelompok perlindungan kucing besar (Panthera) mencatat bahwa ilmuwan memperkirakan hanya 4.500 hingga 10.000 macan tutul salju liar yang tersisa di Bumi.
Survei TRAFFIC menemukan bahwa sejumlah 221 hingga 450 ekor macan tutul salju telah diburu setiap tahun sejak 2008. Survey berdasarkan perkiraan para ahli yang bekerja di sekitar habitat kucing. Angka-angka itu sebenarnya bisa jauh lebih tinggi, mengingat sulitnya memantau perdagangan ilegal.
Macan tutul salju hidup di 12 negara yang berbeda, namun lebih dari 90 persen perburuan terjadi di China, Mongolia, Pakistan, India dan Tajikistan. Lebih dari setengah macan tutul dibunuh oleh penggembala yang menganggap kucing besar tersebut telah memangsa ternak mereka, seperti domba dan sapi.
Rishi Kumar Sharma, seorang ahli konservasi macan tutul salju mengatakan bahwa seekor macan tutul salju bisa membunuh hingga 20 domba atau kambing ketika memasuki peternakan. “Sebagian besar masyarakat yang tinggal di pegunungan tinggi merupakan warga miskin dan terpinggirkan. Mereka kehilangan ternak karena predator liar jelas memiliki dampak signifikan pada mata pencaharian mereka," ujar Sharma.
Berburu memang berdampak besar pada keberadaan macan tutul salju, namun itu bukanlah satu-satunya ancaman. Para ilmuwan percaya bahwa jika perubahan iklim terus terjadi, lebih dari sepertiga habitat macan tutul akan menghilang, menurut laporan WWF yang dirilis tahun lalu.
Menurut Sharma, macan tutul salju tidak akan punah jika kita bertindak sekarang untuk mencegah dan mengurangi berbagai ancaman pada macan tutul salju. “Tapi kita harus bertindak cepat dan meningkatkan model konservasi yang baik untuk benar-benar mendapatkan keuntungan bagi macan tutul salju dan masyarakat gunung," pungkas Sharma.