Coral Snake Memiliki Racun yang Mirip dengan Kalajengking

By , Jumat, 4 November 2016 | 15:00 WIB

Ular beracun sangat bervariasi, bergantung pada mangsnya. Namun, di antara keanekaragaman ini, ular blue coral atau Calliophis bivirgatus sedikit menonjol karena memiliki racun yang mirip dengan racun kalajengking dan siput. Mungkin terlihat aneh, namun penelitian pertama yang telah diterbitkan mengatakan bahwa racun ini dapat dijadikan sebagai obat penghilang rasa sakit terbaru.

Mirip dengan racun yang dihasilkan oleh ular lainnya, racun ular blue coral bekerja dengan menurunkan tekanan darah dan melumpuhkan sistem pernapasan. Mangsa kecil seperti tikus dapat mati dalam beberapa menit saja. Sedangkan pada manusia, dibutuhkan beberapa jam untuk berhasil dilumpuhkan.

Mungkin terdapat sebuah masalah bagi ular karang biru ini. Biasanya, mereka memakan ular berbisa lainnya dimana terdapat kemungkinan ular karang  akan digigit oleh ular berbisa tersebut. C. bivirgatus mempunyai hal yang berbeda dari ular lainnya, racun mereka dapat bergerak lebih cepat di tubuh mangsa, dan hampir membuat peredaran darah membeku, kata Profesor Bryan Fry dari University of Queensland dalam sebuah pernyataan.

Fry, salah satu peneliti racun terkemuka di dunia, telah mencari tahu cara kerja dari racun ular karang biru di dalam jurnal Toxins.

Kalajenking dan siput kerucut memang tidak akan menghadapi risiko yang sama seperti ular karang dari mangsa mereka, tapi mereka perlu melindungi diri mereka dari ancaman yang diluar jangkauan mereka.  Seperti sengatan milik kalajengking, racun C.bivirgatus bekerja dengan cara menutupi saluran sodium pada saraf mereka hingga mangsa mereka mati.

Seperti sengatan milik kalajengking, racun C.bivirgatus bekerja dengan cara menutupi saluran sodium pada saraf mereka hingga mangsa mereka mati.

Saluran natrium yang terus terbuka ini merupakan hal yang penting dalam pengalihan rasa nyeri. Para peneliti sudah mempelajari racun siput kerucut dengan harapan dapat merancang obat penghilang rasa sakit yang dapat memberikan bantuan dari beberapa macam penderita terhadap produk-produk yang bekerja kurang baik. Fry berpendapat bahwa semkin banyak contoh yang kita miliki dari alam, semakin besar kesempatan kita untuk menemukan produk yang benar-benar cocok. Dia membandingkan setiap racun dari spesies untuk menemukan cara lain dari sudut yang berbeda, dan meningkatkan prospek pemahaman kita terhadap hal ini.

“Inilah mengapa kita perlu melindungi seluruh alam,” katanya pada IfLScience. Ular karang biru hidup di hutan yang pernah menutupi sebagian besar Asia Tengagra, yang saat ini dengan cepat dihancurkan. “Konservasi  adalah sebuah biobank,” katanya. “Tapi hal tersebut akan percuma apabila kita menghancurkan bank tersebut.”

Fry pernah mengalami pengalaman pribadi dari seberapa berbahayanya dari subjek penelitiannya, termasuk bagaimana rasanya ketika jantung Anda berhenti ketika disengat Kalajengkin di Amazon dan jauh dari perawatan medis. Meskipun dia mengatakan bahwa dia tidak pernah digigit oleh C. bivigatus, terdapat satu kasus  kematian yang sudah dipastikan dari gigitan ular ini.