Rokok dan 17 Tipe Tumor

By , Sabtu, 26 November 2016 | 16:00 WIB

Para peneliti menemukan mutasi genom dan pola metilasi DNA yang kemungkinan disebabkan oleh asap rokok dengan 17 jenis kanker tumor. Sebuah survei komprehensif dari mutasi yang disebabkan oleh karsinogen yang ditemukan di dalam asap tembakau oleh para peneliti di Los Alamos National Laboratory di New Mexico, Wellcome Trust Sanger Institute dan koleganya yang telah diterbitkan dalam Science. Pekerjaan ini membuka sebuah pemahaman mekanisme dari asap tembakau yang menyebabkan mutasi dan dapat menyebabkan kanker pada jaringan yang baik secara langsung ataui tidak langsung terkena asap tersebut.

“Membandingkan mutasi pada kanker yang timbul pada perokok dan non perokok menggunakan pengurutan genom yang belum pernah dilakukan selama ini,”kata Gerd Pfeifer dari Van Andel Research Institute di Michigan.

“Penelitian ini menyoroti betapa pentingnya pencegahan priemer untuk kanker yang memiliki kaitannya dengan tembakau dan berapa banyak dari kita yang tidak mengetahui secara rinci bagaimana tembakau dapat menyebabkan kanker,” kata Steve Rozen dari Duke-NUS Center for Computational Biology di Singapura.

Ludmin Alexandrov dari Los Alamos National Lab, bersama dengan Micahel Stratton dari Wellcome Trust dan tekan-rekannya, menggunakan seluruh urutan genom dari 610 tumor dan exomes dari 4.633 tumor tambahan, yang bersama-sama membentuk 17 jenis kanker akibat rokok. Para peneliti memeriksa setiap tumor sebagai campuran dari berbagai tanda dari mutasi genom yang telah diidentifikasi dalam penelitian sebelumnya. Dari 5.243 tumor para peneliti memperkirakan sebanyak 2.490 berasal dari rokok tembakau dan 1.063 berasal dari yang tidak pernah merokok tembakau.

“Hipotesisnya adalah bahwa bahan kimia yang terdapat di dalam tembakau secara langsung merusak DNA pada jaringan seperti paru-paru yang langsung terpapar asap tembakau. Namun, belum adanya sebuah pemahaman mengenai bagaimana merokok tembakau meningkatkan risiko kanker pada jaringan lain yang tidak secara langsung terkena asap seperti kandung kemih, dan ginjal,” kata Alexandrov. ”Kami ingin memahami mekanisme tembakaku yang dapat meningkatkan risiko kanker.”

Jenis tumor dengan risiko tertinggi dalam mengembangkan kanker pada individu yang merokok rata rata lebih dari 30 batang sehari adalah yang terjadi akibat paparan asap tembakau adalah kanker paru-paru sel kecil, kanker paru-paru skuamosa, dan adenokarsinoma paru. Mengitung jumlah dari mutasi yang terjadi pada jaringan paru-paru, para peneliti memperkirakan bahwa sekitar 150 mutasi terhitung dalam sel paru-paru yang terjadi pada seseorang yang merokok satu bungkus rokok pada setiap harinya. Kelompok peneliti juga menemukan sebuah tanda mutasi tumor paru-paru dan laring pada perokok.

Namun, belum adanya sebuah pemahaman mengenai bagaimana merokok tembakau meningkatkan risiko kanker pada jaringan lain yang tidak secara langsung terkena asap seperti kandung kemih, dan ginjal,” kata Alexandrov. ”Kami ingin memahami mekanisme tembakaku yang dapat meningkatkan risiko kanker.”

Sedangkan untuk jaringan yang secara tidak langsung, penjelasannya lebih rumit.

Para peneliti menemukan pola mutasi yang kompleks mencakup semua jenis kanker yang telah diperiksa. Pola mutasi terkait dengan penuaan sel yang ditemukan pada tumor dari seorang peokok dan bukan perokok, namun lebih banyak terlihat pada perokok.

“Jaringan dengan paparan tembakau langsung terlihat berbeda dari jaringan yang tidak terpapar secara langsung,” kata Rozen. “Jaringan yang terkena tidak langsung lebih sulit untuk diketahui.”

Sementara pola DNA di dalam sel-sel darah perokok dibandingkan dengan yang bukan perokok telah diamatin, dalam penelitian ini para peneliti mengamati pola serupa dari metilasi pada dua kelompok.

Beberapa jaringan di dalam tubuh perokok tembakau dikaitkan dengan pengembangan kanker yang melibatkan metabolisme dan penyaringan limbah di dalam tubuh seperti perut, hati, kandung kemih dan ginjal. “Jaringan ini tidak terpapar asap rokok secara langsung, sehingga kemungkinan tembakau tersebut mempengaruhi jaringan di dalam tubuh,” kart Alexandrov pada The Scientist.

“Kami berpikir bahwa penelitian ini memastikan hasil penelitian sebelumnya tentang merokok dan mutasi DNA yang menyebabkan kanker,”lanjutnya. “Tapi kami menemukan pula beberpa mekanisme baru yang menunjukkan ada banyak hal yang masih belum kita ketahui.”

Alexandrov, Straton dan rekan-rekan saat ini berencana untuk menerapkan metodologi seupa untuk mengugkap pola mutasi dan  kemungkinan mekanisme  lainnya di balik faktor lain seperti obesitas dan perubahan hormon, yang diketahui dapat meningkatkan risiko kanker tertentu.