Semakin sering Anda mengalami sembelit, semakin tinggi risiko terkena penyakit ginjal kronis dan gagal ginjal. Demikian kesimpulan dari studi terbaru yang dilakukan oleh peneliti.
Hasil ini tidak terlalu mengejutkan bagi para ilmuwan. Pasalnya, beberapa studi sebelumnya telah mengungkap hubungan sembelit dengan masalah kardiovaskular. Berdasar hal tersebut, para peneliti menduga bahwa mekanisme yang sama juga terjadi antara sembelit dan masalah ginjal.
“Kunci hubungan ini mungkin ada pada bakteri usus. Sembelit bisa menjadi penanda perubahan mikrobioma di usus,” ujar Csaba Pal Kovesdy, kepala nefrologi di Memphis VA Medical Center dan salah satu penulis studi. Perubahan mikroba yang terdapat pada usus manusia diketahui terkait dengan beberapa perubahan metabolik, seperti peningkatan inflamasi.
Para peneliti menduga, perubahan bakteri usus yang menyebabkan sembelit juga dapat menyebabkan makanan melewati saluran pencernaan lebih lambat dibanding biasanya. Pelambatan ini mungkin menyebabkan inflamasi kronis, yang pada akhirnya bisa berkontribusi pada penyakit ginjal.
Temuan ini bisa memiliki implikasi klinis. Misalnya, dokter dapat memilih untuk mengobati pasien sembelit melalui metode selain obat pencahar—seperti dengan pemberian probiotik atau diet kaya serat—jika ternyata dehidrasi yang disebabkan pencahar menjadi penghubung signifikan antara sembelit dengan penyakit ginjal.
Meski demikian, studi ini memiliki keterbatasan karena partisipan yang terlibat sebagian besar merupakan pria berusia rata-rata 60 tahun. Peneliti tidak bisa mengatakan apakah efek yang sama juga terjadi di kelompok populasi lain.
Para peneliti mengatakan, penelitian lebih lanjut tetap diperlukan untuk mengetahui mekanisme pasti yang menghubungkan antara sembelit dan penyakit ginjal. Selain itu, perlu juga untuk mengetahui apakah pengobatan sembelit dapat mencegah penyakit ginjal atau gagal ginjal.