Penggalian Fosil Reptil Laut Terbesar di Dunia

By , Jumat, 25 November 2016 | 08:00 WIB

Kalau bukan karena kegigihan ahli paleontologi Elizabeth "Betsy" Nicholls, sisa-sisa reptil laut prasejarah terbesar yang pernah ditemukan mungkin masih tertanam di padang gurun terpencil British Columbia, Kanada.

Setelah ditemukan oleh seorang arkeolog di kawasan kapur di tepi Sungai Sikanni, para ilmuwan awalnya memutuskan, bahwa fosil Ichthyosaurus yang panjangnya hampir 22,8 meter itu terlalu besar, terlalu rapuh, dan terlalu terisolasi untuk digali.

Selain itu, situs tersebut merupakan wilayah primer beruang dan penuh nyamuk, sehingga hanya dapat diakses beberapa minggu dalam musim panas setiap tahunnya.

etapi Nicholls, kurator reptil laut di Royal Tyrrell Museum, Kanada, tidak terpengaruh dengan segala hambatan itu. Terutama setelah ia menyadari bahwa fosil yang awalnya dikira milik seekor paus biru sebenarnya spesies baru Ichthyosaurus. Spesies yang moncongnya menyerupai lumba-lumba hidung botol tersebut kemudian diberi nama Shonisaurus sikanniensis.

Sebelum kematiannya karena kanker payudara pada Oktober 2004 silam, Nicholls telah memulai upayanya untuk mengeluarkan kerangka dengan melakukan penggalangan dana dan penggalian selama bertahun-tahun. Ahli paleontologi menganggap usahanya sebagai salah satu penggalian fosil paling ambisius yang pernah dilakukan.

“Tidak ada orang lain yang akan mencoba untuk menggali sesuatu sebesar ini,” kata Don Brinkman, direktur pelestarian dan penelitian di Royal Tyrrell Museum, tempat fosil tersebut dipamerkan.

Fosil ichthyosaurus ini bentuk dan usianya mirip dengan fosil yang berusaha digali Nicholls, namun ukurannya jauh lebih kecil. (Tomas Bertelsen/Rolex Awards via National Geographic)

“Secara pribadi, saya tidak berpikir kami bisa melakukan apa-apa, kecuali mengambil sampel dan mendokumentasikan penampilan fosil tersebut. Tetapi Betsy tetap bersikukuh,”ujarnya.

Perjalanan ke situs membutuhkan waktu berkendara 12 jam dari basecamp di dekat Calgary, dilanjutkan dengan berjalan kaki sejauh 3,2 km. Kru menggunakan bor dan gergaji listrik untuk mengiris kerangka yang terbungkus batu dari tepi sungai. Helikopter bolak-balik mengangkut peralatan dan kru selama empat tahun untuk menyelesaikan penggalian.

“Hasilnya benar-benar layak dengan usaha yang dilakukan. Fosil ini menulis ulang sejarah ichthyosaurus yang selama ini kita ketahui,” ujar Nicholls sebelum ia meninggal.

Nicholls dan peneliti lain sedang memisahkan kerangka ichthyosaurus ini dari batu kapur yang membungkusnya. (Tomas Bertelsen/Rolex Awards via National Geographic)

Nicholls telah terpesona dengan dunia paleontologi sejak berada berada di bangku sekolah, tetapi tidak yakin bahwa bidang yang banyak didominasi oleh laki-laki ini, bakal menerima perempuan. Ketika berusia 12 tahun, ia meminta saran dengan mengirimkan surat kepada ahli paleontologi Roy Chapman Andrews yang kemudian menjadi direktur American Museum of Natural History. Nicholls menyimpan surat balasan dari Andrews sebagai kenang-kenangan berharga.

Makalah ilmiah terakhir Nicholls yang ditulis bersama dengan ahli paleontologi Makoto Manabe ini, terbit dalam Journal of Vertebrate Paleontology, dua bulan setelah kematiannya. Makalah ini membentuk penerimaan masyarakat ilmiah tentang Shonisaurus sikanniensis sebagai spesies baru ichthyosaurus, dan membuka area baru dalam penelitian evolusioner.

National Geographic memproduksi konten ini sebagai bagian dari kemitraan dengan Rolex Awards for Enterprise.