Potret Peternakan Badak Terbesar di Dunia

By , Rabu, 30 November 2016 | 14:00 WIB

Di Klerksdorp, Afrika Selatan, berdiri sebuah peternakan badak terbesar di dunia, yang dihuni oleh 1.300 badak atau kurang lebih empat persen populasi badak dunia.

Fotografer Brent Stirton, yang tumbuh besar di Afrika Selatan mengatakan, “Anda mungkin melihat tiga atau empat (badak) bersama-sama di alam liar. Anda tidak akan melihat yang seperti ini.”

Peternakan ini dimiliki oleh John Hume, yang mengembangbiakkan badak untuk diambil culanya. Seperti yang ditunjukkan oleh Stirton, jika diamati lebih dekat, Anda dapat melihat bahwa cula badak dalam foto ini telah dipotong.

Cula badak lebih berharga daripada emas, dengan demikian, berarti Hume mampu memenuhi kebutuhan hidupnya melalui perdagangan cula. Pada tahun 2009, Afrika Selatan meluluskan larangan perdagangan cula badak, yang membuat nilai stok dagangan Hume anjlok hingga angka nol. Hume menggugat pemerintah, dan larangan tersebut ditarik kembali pada bulan Mei.

Perdagangan cula badak, sama seperti peternakan badak, merupakan topik yang kompleks dan kontroversial. Stirton ditugaskan untuk meliput topik ini untuk tulisan investigasi khusus di majalah National Geographic edisi Oktober 2016.

Bagi Stirton, tantangan untuk mendapatkan foto ini lebih pada akses ketimbang detail teknis. Nyatanya, tak diperlukan mewah atau pencahayaan yang dibutuhkan.

“Untuk adegan-adegan seperti ini, Anda hanya harus menunggu susunan badak menjadi semenarik mungkin,” katanya.

“Ini foto sederhana, tetapi konteks yang lebih besar begitu penting,” tambah Stirton.

Topik peternakan badak telah memicu perdebatan sengit, dengan banyak argumentasi bahwa bukannya mengurangi perburuan, peternakan justru memperkuat dan meligitimasi perdagangan. Stirton melihat operasi di peternakan sebagai “komodifikasi hewan liar”, dan gambar-gambarnya sendiri memiliki nuansa yang tidak alami.

“Peternakan badak adalah pusat dominasi manusia atas Planet Bumi. Ini bertentangan dengan alam. Hewan ini tidak seharusnya ada di situasi semacam ini,” katanya.

Bagi Stirton, gambar tersebut merupakan bagian dari krisis yang lebih besar atas permintaan tanduk, serta komentar pada sistem nilai kita.

“Foto ini bukan tentang membuat adegan atau membangun kumpulan,” katanya. “Ini askes ke hal yang nyata, menciptakan percakapan tentang peradaban,” pungkasnya.