Di penghujung tahun ini, Namarina, institusi pendidikan non formal yang bergerak di bidang tari balet, jaz, dan kebugaran, memasuki usianya yang ke-60. Untuk merayakan perjalanannya selama enam dekade, Namarina menggelar acara peringatan bertajuk “60 Years and Beyond”. Acara yang digelar pada tanggal 30 November, 1 dan 3 Desember 2016 itu bertempat di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Jakarta.
“Dengan tema ‘Share to Grow Together’, kami ingin berbagi pengalaman Namarina selama 60 tahun ini kepada insan seni dan kebugaran serta masyarakat luas melalui rangkaian acara yang digelar,” ujar Artistic Director Namarina, Maya Tamara dalam konferensi pers di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki pada Kamis, 1 Desember silam.
Serangkaian acara peringatan 60 tahun Namarina meliputi berbagai aktivitas yang berkaitan dengan tari dan kebugaran, di antaranya lomba senam tingkat nasional, seminar kebugaran, workshop untuk instruktur senam, dan peluncuran buku perjalanan Namarina selama 60 tahun.
Bukan hanya itu, Namarina juga mempersembahkan penampilan para penari muda berbakat Indonesia di bawah naungan Namarina dalam acara Gala Evening,
Pada babak pertama pementasan tersebut, sekitar 150 penari akan tampil membawakan tarian yang mengisahkan perjalanan panjang Namarina selama enam dekade. Penampilan tari itu juga akan didukung oleh multimedia dan narasi untuk memberikan impresi yang kuat pada para penonton.
“Dalam penampilan babak pertama ini, ada beberapa gerakan dari tarian tahun 1960-an dan 1980-an yang di tata ulang, serta tarian yang menggambarkan bidang-bidang Namarina sekarang, yaitu balet, jaz dan fitnes,” ujar salah satu koreografer Namarina, Dinar Karina.
Pada babak selanjutnya, Namarina menggandeng beberapa perupa dari Jakarta dan musisi dari Gado-Gado Ensemble untuk menampilkan sebuah kolaborasi dari seni tari, musik dan rupa dalam karya bertajuk Padu. Karya ini terbagi menjadi dua bagian: “Tradikal”dan “Jalin”.
Dinar, selaku koreografer tarian bertajuk Tradikal, mengatakan bahwa tarian ini menyuguhkan gerakan yang berangkat dari tradisi balet klasik dan modern, yang dipadukan dengan unsur tari tradisional Indonesia.
“Kita memang belajar balet dari Barat, tetapi kita juga ingin membentuk jati diri balet Indonesia dengan berbekal dari dasar-dasar balet yang dipadukan dengan budaya Indonesia,” ujar Dinar.
Sedangkan Jalin, karya koreografer Sussi Anddri, terinspirasi dari kain tenun yang merupakan salah satu tradisi dan warisan budaya Indonesia. Koreografi balet modern ini sarat dengan simbol-simbol yang diambil dari keunikan tenun, baik dari makna, filosofi dan teknik tingkat tinggi dalam proses pembuatannya.
“Kita menganggap tarian itu seperti kain tenun, bermula dari satu gerakan, kemudian diolah dengan teknik tinggi menjadi satu kesatuan tari,” ujar Sussi.
Pementasan seni yang digelar pada Sabtu, (3/12) menjadi acara puncak sekaligus penutup peringatan 60 tahun Namarina.