Pembelajaran Seni Membantu Mengurangi Tingkat Stress Pada Anak Kurang Mampu

By , Kamis, 8 Desember 2016 | 20:00 WIB

Penelitian sebelmunya telah memperkirakan bahwa kemiskinan dapat membahayakan pendidikan, kesehatan sosial-emosional, dan fisik anak-anak serta sebagian lainnya dapat merusak sistem tubuh dan menyebabkan tingkat stress tertinggi .Sebuah penelitian baru telah menemukan bahwa program seni yang intensif seperti musik, menari, dan seni visual dapat mengatasi fenomena seperti ini dengan menurunkan tingkat stress pada anak-anak pra sekolah yang kurang beruntung secara ekonomi dengan diukur menggunakan kortisol.

Kortisol adalah hormon yang dapat menekan sistem kerja imun dan meningkatkan metabolisme lemak, protein dan karbohidrat. Selain itu hormon ini juga dapat menghambat pembentukan tulang.

Penelitian ini dilakukan oleh para ilmuwan dari Chester West University dan University of Delaware yang kemudian muncul dalam jurnal Child Development.

“Penelitian kami adalah penelitian yang menunjukkan bahwa seni dapat membantu meringankan dampak kemiskinan pada fungsi fisiologis anak-anak,”catat Eleanor Brown, seorang Profesor psikologis dan direktur dari Early Childhood and Emotions Lab (ECCEL) di West Chester University yang juga merupakan peneliti utama dari penelitian tersebut.

Penelitian ini meneliti sebanyak 310 anak kurang mampu mulai dari usia 3 hingga 5 tahun untuk mengikuti sebuah Head Start Preschool Program di Philadelphia. Program ini unik karena menggabungkan seni ke dalam seluruh kurikulumnya. Para murid akan memiliki kelas seni setiap hari dan dikerjakan langsung di dalam sebuah studio yang lengkap dengan peralatan seni profesional. Kelas-kelas seni digunakan tidak hanya untuk mengembangkan kemampuan artistik para anak, namun juga untuk mempromosikan pembelajaran utama pada anak usia dini seperti mempelajari bahasa, melek huruf dan matematika.

Penelitian ini secara acak menempatkan anak-anak usia prasekolah pada jenis kelas dan jumlah kelas seni yang berbeda. Para peneliti kemudian mengukur kadar kortisol dengan menganalisis sampel air liur anak-anak yang dikumpulkan pada pagi hari dan setelah kelas seni dan kelas bersama wali kelas pada dua hari yang berbeda baik di awal, pertengahan atau akhir tahun ajaran.

Para peneliti menemukan bahwa tingkat kortisol lebih rendah setelah kelas seni dibandingkan dengan setelah kelas bersama wali kelas atau bimbingan konseling. Hal tersebut menunjukkan bahwa dengan menempatkan program seni pada sekolah dapat mengurangi tingkat stress anak-anak ini.

Para peneliti melihat efek postif pada pertengahan dan akhir tahun pembelajaran dan tidak pada awal tahun ajaran. “Manfaat psikologis dari program seni tidak dapat diliah ketika anak-anak masih berada di awal tahun ajaran,”jelas Mallory Garnett, koordinator penelitian di ECCEL yang juga bekerja dalam penelitian ini.

“Studi kami mencatat hal penting bahwa program-program seni dengan intensitas tinggi dapat menurunkan kadar kortisol. Penelitian ini juga menetapkan investigasi lebih lanjut mengenai seni sebagai media kesejahteraan anak-anak kurang mampu,” tambah Browns.