Protein Beta Keratin Ditemukan pada Fosil Bulu Burung Purba

By , Kamis, 8 Desember 2016 | 14:00 WIB

Baru-baru ini, sebuah tim dari ilmuwan internasional yang dipimpin oleh para peneliti dari Chinese Academy of Sciences melaporkan adanya bukti penemuan baru. Temuan berupa beta Karetin yang ditemukan pada bulu-bulu burung basal yang berusia 130 juta tahun. Bulu-bulu fosil burung ini berasal dari biota Creacetous awal.

Bulu dan bulu yang seperti struktur epidermis didokumentasikan dengan baik dalam beberapa kelompok dinosaurus non-unggas dan burung basal. Jasad-jasad mikro berukuran bulat sampai memanjang terkait bulu dan stuktrur mirip bulu pertama kali ditafsirkan sebagai mikroba.

Tetapi sekarang ini,  jasad ini diklarifikasi sebagai sisa melonosom, dan, kemudian, klarifikasi ini diusulkan berdasarkan hipotesis dari warna dinosaurus, tingkah laku, habitat, dan fisiologi. Namun, melanosom dan mikroba memiliki ukuran dan bentuk yang bertumpukan sehingga hipotesis ini sama-sama masuk akal.

Ahli paleontologi dari Nanjing Institute of Geology and Palaeontology (NIGPAS), the Institute of Vertebrate Paleontology and Paleoanthropology (IVPP), Linyi University dan North Carolina State University, mengadopsi kelipatan molekular dan metode ilmiah dalam penelitian paleontogis untuk menemukan dan menentukan keberadaan dari melanosom dalam fosil bulu burung.

Ilmuwan memakai immunogold untuk mengindentifikasi epitop protein dalam resolusi tinggi. Mereka menggunakan pembatasan kerumitan antigen-antibodi untuk ultra struktur fosil tertentu. Penelitian mereka melaporkan adanya bukti fosil bulu dari struktural protein (betakeratin).

“Beberapa analisa independen dari kedua jasad mikro dan yang terkait dengan penemuan matriks dari bulu fosil burung mengkonfirmasi jasad mikro ini adalah melanosom,” Ungkap Dr. PAN Yanhong dari NIGPAS dan koresponden penulis riset makalah.

Penelitian mereka menunjukkan jasad ini ditemukan jauh di dalam korteks padat di bagian mana yang diawetkan, sesuai dengan bulu pada zaman sekarang.

Peneliti juga menyajikan bukti kimia pertama dari in-situ yang beresolusi tinggi. Bukti ini digunakan untuk membedakan melanosom dari bakteri pada bulu fosil dan untuk menunjukkan bahwa matriks di mana mereka tertanam adalah keratin.

"Studi ini merupakan terobosan dalam studi ultra struktur fosil bulu dan telah memberikan metode untuk diterapkan pada isu kontroversial apakah jasad mikro pada dinosaurus berbulu dan burung awal benar-benar melanosom, dan menyoroti pelestarian molekul dimana jaringan yang biasanya labil diawetkan dalam fosil kuno," ungkap Prof. ZHOU Zhonghe dari IVPP, penulis koresonden makalah.