Bersih-bersih Pantai di Karangsong dan Cetak Rekor Minum Sirup Mangrove

By , Rabu, 14 Desember 2016 | 16:00 WIB

Terik matahari yang menyengat siang itu tak menyurutkan animo masyarakat untuk hadir ke pesisir Karangsong, Indramayu, Jawa Barat. Anak-anak hingga orang dewasa terlihat memenuhi setiap sudut tepian pantai. Mereka berdatangan dengan semangat untuk hadir dalam acara pembersihan sampah-sampah yang tercecer di pinggiran laut.

Bak tumpah ruah, berbagai kegiatan terpusat disini. Seperti lomba mewarna bagi anak-anak, cek pengobatan gratis, menggambar tong sampah, hingga acara yang dinanti-nanti yakni minum sirup mangrove hingga memecahkan rekor muri. Peserta pecah rekor muri ini mencapai 1000 peserta terdiri dari pekerja Pertamina, Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), warga, pelajar, dan relawan. Acara juga dimeriahkan dengan bazaar UMKM dan sekolah binaan Pertamina,

Pembersihan pantai dipimpin langsung oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar, bersama Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam, Bupati Indramayu Anna Sopanah. Setelah acara dimulai, masyarakat terlihat sangat antusias dalam memunguti sampah yang mengotori pantai. Dengan diberikan wadah plastik, masyarakat menyebar ke sekitar pantai agar sampah dapat dibersihkan secara merata.

Anak-anak usia sekolah dasar yang berasal dari SD N Karangsong 01, SD N Unggulan dan SD N Pabean Udik 2 juga turut andil dalam pembersihan pesisir. Panasnya matahari tak mematahkan semangat anak-anak untuk mengambil sampah di tepian pantai.  

Acara yang berlangsung pada Sabtu (10/12) lalu tersebut merupakan bagian dari peringatan HUT Pertamina ke-59. Kegiatan ini juga termasuk dalam program Pemberdayaan dan Pembersihan Pantai Kampung Nelayan yang dilakukan di lima lokasi secara serentak.

Perlu diketahui Balongan adalah salah satu dari lima lokasi pelaksanaan program secara serentak. Lima lokasi yang menyelenggarakan acara serupa yaitu Pantai Kampung Bugis, Tanjung Uban, Kepulauan Riau ; Pantai Kampung Atas Air, Balikpapan, Kalimantan Timur ; Pantai Teluk Penyu, Cilacap, Jawa Tengah ; dan Pantai Grand Watu Dodol, Banyuwangi, Jawa Timur.

Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam mengatakan kegiatan ini bertujuan untuk menggugah kesadaran masyarakat untuk lebih peduli dengan kelestarian lingkungan pesisir pantai, khususnya dengan menjaga kebersihannya. Selain itu, melalui beberapa kegiatan yang akan dilaksanakan, termasuk di Balongan, dapat menjadi bukti komitmen Pertamina pada peningkatan kesejahteraan masyarakat nelayan di sekitar pesisir melalui program Corporate Sosial Responsibility (CSR) maupun Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) dengan momentum HUT perusahaan.

“Sebagai perusahaan yang bergerak di sektor energi dengan sebagian wilayah operasinya bersentuhan dengan pantai, Pertamina merasa ikut bertanggung jawab terhadap upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat nelayan yang berada di sekitar wilayah operasi perusahaan. Untuk itu, tidak hanya bersih-bersih pantai tetapi kami juga melakukan beberapa program kegiatan CSR dan PKBL di Balongan,” kata Syamsu Alam.

Program Pemberdayaan dan Pembersihan Pantai Kampung Nelayan di Balongan dilaksanakan dengan beragam aktivitas. Selain pembersihan pantai, sekaligus dilaksanakan peresmian Arboretum Mangrove. Program Arboretum Mangrove dirancang untuk menambah sarana pendidikan bagi masyarakat umum terutama  kalangan akademis dalam melakukan penelitian dan pembelajaran mengenai mangrove. Di Abroretum ini terdapat 23 varietas mangrove dan tanaman vegetasi pantai yang akan terus dikembangkan.

Dalam sambutannya saat acara pembersihan pantai di Indramayu, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya Bakar mengatakan bahwa pendekatan untuk pengelolaan pesisir dan pantai yang terintegrasi tak hanya untuk jangka pendek, tetapi juga harus untuk jangka panjang.

Ia juga menekankan pentingnya informasi dan pendekatan multi displin serta pengelolaan kepentingan berbagai penggunaan di wilayah pesisir. "Kita melihat ada hal-hal penting untuk mendukung pengelolaan wilayah pesisir, dan yang paling utama adalah dukungan serta keterlibatan masyarakat,” ujarnya.

Untuk upaya konservasi memang keterlibatan masyarakat dengan pihak-pihak pengelola kepentingan bisnis harus saling berkesinambungan dan mendukung. Komunikasi baik ini telah dibangun oleh Pertamina dengan masyarakat Indramayu. Setelah musibah tumpahnya minyak di pesisir Indramayu pada tahun 2008. Tentunya musibah ini mengakibatkan dampak kerusakan yang diderita perusahaan maupun masyarakat.

Setelah musibah itu, Pertamina mengajak masyarakat untuk mengembalikan keadaan alam yang terkena tumpahan minyak dengan menanam pohon mangrove sebagai pemulihan. Atas rekomendasi Tim Ahli dari IPB, sebanyak 4 kecamatan dan 17 desa dengan luas sekitar 343 perlu dipulihkan dengan cara penanaman mangrove dan vegetasi pantai lainnya sepeti pohon kelapa, nyamplung, atau juga cemara laut.

Pertamina RU VI Balongan pada tahap awal tahun 2010-2013 menyediakan bibit mangrove untuk memulihkan keadaan lingkungan. Bibit mangrove ini nantinya akan ditanam di Desa Juntinyuat (10.000 bibit), Desa Majakerta (5.000 bibit), Desa Balongan (10.800 bibit), Desa Karangsong (15.000 bibit), Desa Brondong (5.000 bibit) dan Desa Eretan (5.000 bibit).

Berkat kesadaran warga untuk menyeimbangkan alam yang terdampak minyak tumpah dengan menanam mangrove. Kini hutan mangrove di Karangsong menjadi wisata baru bagi masyarakat. Kawanan bangau pun sudah menjadikan hutan ini menjadikannya rumah.

Wisata hutan mangrove ini menyediakan 1,4 kilometer track ekowisata di mangrove Karangsong. Tentunya wisata ini juga menguntungkan masyarakat sekitar dari segi ekonomi. Banyak nelayan sekarang beralih menjadi penyewa jasa kapal bagi wisatawan yang berdatangan.

“Kami sangat berharap apa yang dilakukan Pertamina hari ini dapat betul-betul dirasakan manfaatnya oleh masyarakat tidak hanya hari ini namun juga di masa mendatang. Apa yang diinisiasi Pertamina dengan menggalang peran aktif masyarakat  hari ini hanya sebuah bentuk upaya menggugah kesadaran warga sekitar pantai untuk lebih peduli akan kesehatan lingkungannya yang sebenarnya memiliki potensi ekonomi yang baik apabila dilestarikan,” tutup Syamsu Alam.