Sebagian besar satwa mencari tempat teduh saat suhu udara di Sahara melonjak hingga 50 derajat Celsius. Semut perak sahara ini, justru mencari makan siang. Pada 2015, ilmuwan dari dua universitas Belgia datang dan menghabiskan satu bulan di tengah panas terik, melacak jejak semut itu serta menggali sarangnya. Tujuannya: Untuk menemukan bagaimana spesies itu beradaptasi terhadap hawa panas yang sanggup melelehkan sepatu.
Setelah kembali ke Belgia, ilmuwan mengamati semut itu di bawah mikroskop elektron dan menemukan bahwa bulu lebat berbentuk segitiga memantulkan cahaya seperti prisma, memberi mereka kilauan metalik dan melindungi dari terik matahari. Ketika mahasiswa Ph.D Quentin Willot mencukur seekor semut dengan pisau bedah kecil dan menempatkannya di bawah lampu panas, suhu tubuh si semut melonjak. Ia mengatakan bahwa cara semut itu mendinginkan diri memang unik. Mampukah tipe rambut reflektif ini melindungi manusia? Willot mengatakan ada perusahaan yang tertarik untuk mereproduksinya.